Wikan Sakarinto: Tak Mau Vokasi UGM Karam

Photo Author
- Selasa, 13 Juni 2017 | 00:08 WIB

Di bidang sarana prasarana, gedung Fakultas Pertanian UGM yang kini menjelma jadi Gedung KPFT Vokasi UGM itu belum dilengkapi fasilitas apapun. Vokasi UGM pertama kali dirintis dan memulai tanpa bekal apapun. Semuanya kosong, dari ruang kelas hingga laboratorium.

Masalah itu kemudian dilengkapi dengan over kapasitas bangunan. Dimana satu bangunan yang awalnya hanya ditempati 10 program studi dengan jumlah mahasiswa 2.000an, tiba-tiba harus dijejali 22 jurusan dengan 9.000an mahasiswa.

Bagi Vokasi UGM celakanya lagi, kebanyakan dosen tidak pindah dari fakultas yang lama ke Vokasi UGM. Transisi penggabungan ke SV hanya menggabungkan mahasiswa seluruh prodi D3 tanpa menggabungkan dosennya. Mengingat pada waktu itu, dosen dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas lainnya memang bercampur antara mengajar S1 dan D3. Dan ketika terjadi pemisahan, mereka memilih tetap di asalnya.

"Itulah celakanya. Mahasiswa pindah, dosennya kebanyakan tetap disana. Hanya dosen D3 teknik yang pindah dalam jumlah besar, mengingat sejak dulu kita telah mandiri dan sejak dulu dosen D3 mostly focus mengajar D3. Itulah yang membuat Vokasi ini dari dulu motornya teknik," kenangnya.

Sedangkan bagi Wikan bersama kolega untuk melengkapi fasilitas Vokasi, juga harus dilalui dengan penuh jalan berliku. Perintisan SV di tangan Plt Direktur Prof Fatchan Nurrochmad, waktu itu hanya sepenuhnya menggunakan dana dari SPP/BOP mahasiswa. Bedanya, jika fakultas lain telah menerima banyak bantuan dari pemerintah maupun mitra sponsor, serta tak perlu belanja segala perlengkapan perkuliahan dari nol, Vokasi UGM harus berdiri diatas kaki sendiri untuk memenuhi segala kebutuhannya.

"Jadi ya pelan-pelan, serba terbatas. Awal itu Pak Fadchan kerjanya ya belanja furnitur. Saya saja, baru pasang karpet beberapa bulan ini di ruang dekan. Sebelumnya, hanya tegel tua kosongan itu," kenangnya. (Ilham Dary Athalah)

Semua tantangan itu tak membuat Wikan Sakarinto dan Kolega lainnya menyerah. Bahkan, ia rela mengorbankan waktu tidurnya demi menjadi admin Twitter Vokasi  seorang diri. Simak kisah selanjutnya disini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

Maria Stephanie dan Pangan Lokal

Senin, 1 Juni 2020 | 14:11 WIB

Warga Jogonalan Ciptakan Motor dan Sepeda dari Kayu

Sabtu, 23 Februari 2019 | 00:15 WIB

Aika Ingin Jadi Pendongeng dan Pendiri Cagar Alam

Sabtu, 22 Desember 2018 | 13:15 WIB

Perjuangan Relawan UGM Pulihkan Senyum Warga Lombok

Sabtu, 27 Oktober 2018 | 01:10 WIB

Irul, Majukan Dusun dengan Jualan 'Online'

Kamis, 11 Oktober 2018 | 19:30 WIB
X