Tebu pegunungan ternyata menjadi tips kesehatan gigi mereka. "Mereka makan tebu setiap hari, jadi serabutnya semacam menggosok gigi mereka. Kandungan dalam tebu pun baik untuk gigi," kisahnya.
Teknik mencegah kesuburan perempuan dengan tanaman herbal juga menjadi salah satu hal yang mencengangkan bagi para anggota Mapagama. Pada waktu ekspedisi, pemerintah memang sedang gencar-gencarnya mempromosikan pil KB. "Nah mereka tanpa bahan kimia, sejak dulu sudah bisa," ungkapnya penuh kekaguman.
Selain mendapatkan pengetahuan, keakraban dengan masyarakat pedalaman pun terjalin dengan erat. Pernah suatu ketika Baiquni merasa tidak enak badan dan seluruh badannya merasa pegal. Tiba-tiba saja, salah seorang masyarakat pedalaman menumbuk bahan-bahan herbal tertentu. "Langsung dioleskan ke saya, jadi segar kembali," kenangnya.
Nama marga 'Murid' juga disematkan kepada Baiquni oleh masyarakat pedalaman atas keakraban yang terjalin di antaranya. Beberapa temannya juga mendapat nama marga yang berbeda-beda. Baiquni merasa terhormat mendapatkan nama marga tersebut karena dianggap sangat dekat hingga diberi marga layaknya anak sendiri. "Kita juga punya tim pembawa barang dan dapat banyak pemberian untuk dibawa pulang," kenangnya.
   Menyesali Tragedi Diksar Mapala Unisi
Dari situlah, Baiquni semakin aktif dalam organisasi pecinta alam hingga terpilih menjadi Ketua Mapagama Tahun 1985/1986. Belajar dari pengalamannya di ekspedisi Cartenz dan semasa latihan, dirinya selalu menekankan atas pentingnya keakraban dan pelatihan kemampuan survival untuk menjadi pecinta alam sejati.
Selain itu, pecinta alam juga telah memiliki sebuah kode etik tersendiri yang mengatur bagaimana hubungan antar anggota selayaknya terlaksana. Hal tersebutlah yang menjadi penyesalan tersendiri bagi Baiquni dalam memandang tragedi Diksar Mapala Unisi. "Saya turut berduka cita," ungkap Baiquni yang juga masih aktif dalam dunia pengembangan pecinta alam lewat Archipelago Action and Research Expedition (AARE).
Dalam kaitannya dengan tragedi tersebut, Baiquni mengapresiasi langkah Dr Harsoyo yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai rektor UII. Walaupun tidak terlibat dengan tragedi tersebut, sang rektor dinilainya berani mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin. Pihak UII juga sangat kooperatif memperbaiki diri dengan mendorong keterbukaan dalam proses pengusutan.