"Tahun 1993, saya masuk disini (mahasiswa diploma teknik mesin). Kenapa saya masuk diploma mesin? Karena saya gagal UMPTN. Simpel kan. Dan itu juga jadi alasan saya kenapa saya memilih bergabung mengajar Diploma Teknik Mesin. Karena saya dibesarkan disini," tekan Wikan.
Peraturan Rektor 518/P/SK/HT/2008 kemudian menjadi tonggak pendirian Vokasi UGM. Menyatukan seluruh diploma tiga UGM dibawah naungan sekolah, yang berpusat di mantan bangunan Fakultas Pertanian UGM.
Rektor UGM 2008-2012 Prof. Sudjarwadi, kemudian mengangkat Wikan sebagai Staf Khusus Rektor untuk membereskan segala tantangan vokasi. Tugasnya: mengawal pengembangan vokasi dan berkomunikasi degan mahasiswa yang kerap berdemo, menuntut keberadaan kembali program swadaya.
Sejak vokasi terbentuk, lulusan diploma UGM memang tak lagi bisa melakukan alih jalur dari diploma ke sarjana seiring dengan penutupan program swadaya tersebut. Karena pada dasarnya, vokasi dan akademik tidak bisa disatukan. Terlebih lagi, pendidikan vokasional kini telah mengenal gelar Sarjana Terapan (D4), Magister Terapan, serta Doktor Terapan. Sehingga vokasi dan akademik yang secara melieu berbeda, harus tetap memiliki ruang berkembang masing-masing. Walau dalam prosesnya, tetap melakukan sinergi dan kolaborasi.
Selain itu, masalah rendahnya peminat dalam pendaftaran Vokasi UGM juga memicu problematika tersendiri. Pada awal Wikan mengajar di SV UGM dan turut serta menyaksikan pendaftaran di tahun 2012, daya tampung 3.000 untuk dua puluh dua jurusan di SV hanya diperebutkan oleh 6.800 calon mahasiswa.
Nyaris 50% pendaftar vokasi dipastikan diterima. Ketiadaan kompetisi yang meminimalkan potensi prestasi, kemudian menimbulkan hasil memilukan: menurunnya kepercayaan diri civitas Vokasi sekaligus repurtasinya di mata masyarakat.
"Bayangkan itu jelek sekali. Andai disuruh pingsut, dua orang datang, satu kalah lalu pergi, satunya lagi jadi mahasiswa vokasi," kenangnya sembari bercanda.