Krjogja.com - SANJOTO (92) adalah mantan prajurit TNI AD dari kesatuan Corps Polisi Militer. Warga Kampung Blimbing Raya Kelurahan Peterongan Semarang Selatan ini merupakan mantan anggota BKR, cikal bakal TNI saat perang kemerdekaan.
Sanjoto pertama kali bergabung dalam kancah perjuangan saat pendudukan Jepang di Solo tahun 1945. Dia ikut mengusir Jepang dari Solo dan terpaksa hijrah menyingkir dari Solo saat kedatangan tentara Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Sanjoto kemudian bergabung dalam BKR dan ditempatkan sebagai Polisi Tentara, cikal bakal Corps Polisi Militer dengan pangkat Letnan Muda.
Peran penting Sanjoto saat itu adalah sebagai pengaman rute gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman untuk wilayah Wonogiri hingga Pacitan Jawa Timur.
Berbagai pertempuran sengit dengan Belanda dialami, hingga berhasil meledakkan satu truk pasukan Belanda saat konvoi di daerah Jumapolo. Berbagai jenis senjata milik tentara Belanda dan Gurkha berhasil dia rampas dan jadi bekal perjuangan pasukannya.
Kisah perjuangannya ini kembali diceritakan kepada Danramil 04 Gayamsari Kodim 0733 Kota Semarang, Mayor Inf Rahmatullah AR SE MM didampingi Kapolsek Gayamsari Kompol Hengky Prasetyo SH MH beserta staf saat momentum HUT Ke-77 TNI bersilaturahmi ke rumahnya, Rabu (5/10/2022).
"Silaturahmi ini kami lakukan, keluarga besar Koramil dan Polsek Gayamsari ingin menyapaikan terima kasih kepada para sesepuh TNI, mereka yang lebih dulu ada dari kami. Selain itu kita butuh suri tauladannya sebagai tentara pejuang yang mengalami perang kemerdekaan," ungkap Rahmatullah yang memimpin rombongan.
Kepada generasi muda TNI dan Polri, Sanjoto berharap agar menjaga persartuan. "TNI dan Polri harus solid agar negara ini kuat. Jangan sampai kita bersaing dalam hal kekuatan. Jadilah prajurit yang solid bisa menyatukan seluruh komponen bangsa untuk menjaga kedaulatan negara Indonesia. Jadilah contoh yang baik bagi rakyat. Bantu rakyat, karena merekalah yang membantu perjuangan kami merebut kemerdekaan dahulu," kata Sanjoto.
Pria uzur yang pernah menjadi sopir Bung Karno saat inspeksi pasukan pemukul dalam Operasi Penumpasan DI/TII di Slawi ini mengaku iri menyaksikan TNI sekarang yang tampil gagah.
"Saya berpikir andaikata dulu pakai pakaian loreng tentu akan terlihat gagah seperti anak-anak (prajurit) sekarang. Dulu aat awal berjuang hanya pakai celana komprang dan sarung. Seperti petani yang sedang dolan jalan ke mana-mana. Baru setelah itu pernah pakai seragam warna keki dan hijau sampai pensiun 1983," kata Sanjoto.
Dikunjungi prajurit TNI dan Polri di momen HUT Ke-77 TNI bagi Sanjoto sangat membahagiakan.
"Saya tidak menyangka akan dikunjungi. Jadi merasa bahagia ada yang mengingat. Ini kesempatan untuk menyampaikan pesan kami kepada generasi muda. Jangan pernah menyerah dalam mengabdi pada bangsa dan negara. Jangan mau dilemahkan dan diadu domba. Kami dulu sudah kenyang pengalaman itu, saatnya kini kami pesan agar ini tidak terjadi pada generasi muda," tandas Sanjoto. (Cha)