Cerita Kapten Sepanjang Masa PSIM, Jualan Sate di Kridosono dan Nasi Bungkus di Mandala Krida

Photo Author
- Jumat, 19 Februari 2021 | 13:44 WIB
Sumarjono bersama istri dan ibunda saat berfoto untuk KRjogja.com (Harminanto)
Sumarjono bersama istri dan ibunda saat berfoto untuk KRjogja.com (Harminanto)

YOGYA, KRJOGJA.com - Penggemar sepakbola di DIY era 90-an hingga 2000-an tentu tak asing dengan nama Sumarjono. Bek PSIM yang dipredikati kapten sepanjang masa ini ternyata punya cerita masa lalu yang tak banyak diketahui orang.

Bagi pria kelahiran 8 Juni 1977 ini, sepakbola begitu lekat sejak ia masih kecil. Perjumpaan Marjono pada olahraga ini ternyata dimulai saat ia kerap membantu kakek dan neneknya berjualan sate di Stadion Kridosono. Di tahun 80-an, Stadion Kridosono memang menjadi saksi bisu bagaimana serunya kompetisi sepakbola lokal internal klub di Kota Yogyakarta. Pada masa itu, kakek dan nenek Marjono selalu berjualan sate dan mangut lele di dalam stadion tepatnya bawah pohon waru sisi selatan.

“Dulu saya selalu membantu jualan simbah saya, nenek dan kakek jualan sate di Kridosono, mungkin usia SD itu. Tiap sore kalau ada pertandingan lokal, saya selalu ikut bantu ya mbakar satenya, ya nganter ke pembeli. Dari situ saya lihat juga pertandingannya, terus mungkin akhirnya suka main bola, ikut ke HW akhirnya,” ungkap Marjono mengisahkan.

Tak hanya itu, Marjono juga menceritakan cerita masa kecilnya yang lain di mana ia tak bisa lepas dari berdagang dan sepakbola. Masa kecilnya tak hanya dimanfaatkan untuk berlatih dan bermain saja, namun ia ternyata pernah berjualan nasi bungkus di Stadion Mandala Krida saat pertandingan PSIM dan Perkesa Mataram.

“Kalau dulu yang ramai itu pertandingan PSIM, jadi jualannya banyak pas PSIM main. Kalau Perkesa memang lebih sepi tapi kadang jualan juga. Ya dari situ itu punya mimpi suatu saat bakal main di PSIM,” imbuhnya tersenyum.

Keinginan itu memang terbukti bertahun kemudian, ketika kerja kerasnya menempa diri di HW, berbuah manis. Sejak usia remaja, Marjono berhasil menjadi pilihan utama di klub hingga ikut skuad Pra PON DIY dan PSIM.

Pemain lekat dengan nomor punggung 5 ini berhasil menembus skuad PSIM dan menjadi kapten sejak 2003 hingga 2010. Ia bahkan mendapat predikat kapten sepanjang masa PSIM karena keberhasilan memimpin tim hingga menjuarai Divisi I pada tahun 2005.

Lepas pensiun sebagai pemain profesional, Marjono sendiri banyak berkecimpung dalam pekerjaan sebagai PNS di Dinas Perindustrian Kota Yogyakarta. Namun sejak 2,5 tahun terakhir, ia kembali menekuni hobi berdagang, yang sejak kecil selalu lekat dengannya.

Bersama sang istri, ia membuka warung lesehan di Pasar Kranggan yang buka setiap malam. Dari situ Marjono mengaku menikmati kegemaran memasak yang sudah ada sejak lama. “Buat lesehan Juara di Kranggan ini sudah jalan 2,5 tahun dan alhamdulillah sangat menikmati. Bisa menyalurkan hobi memasak, bisa juga jadi tempat berkumpul mengobrol dengan mantan-mantan pemain lainnya. Ini niat mau buka rica-rica di sebelah lesehan. Menyalurkan hobi memasak sambil cari tambahan penghasilan,” lanjutnya sambil tersenyum.

Marjono pun berharap, agar pandemi Covid-19 segera selesai. Pasalnya hampir setahun ini industri pariwisata di DIY mengalami kelesuan yang berimbas pada pengusaha kuliner macam dirinya.

“Semua pasti terdampak, karena itu harapan saya pandemi ini segera berakhir. Mudah-mudaha segera normal kembali dan pariwisata DIY ini ramai lagi,” pungkasnya (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ulil Albab M.Ikom: Presenter Harus Percaya Diri

Minggu, 2 November 2025 | 19:45 WIB
X