Krjgja.com - Joko Sudibyo koreografer, penari, dan pemilik group tari Pragina Gong asal Yogja, menciptakan karya tunggal berjudul 'Kapang' di Prancis dan mementaskannya disana. Tarinya yang merupakan koreo tunggal itu menggambarkan dua tokoh epos Panji, tokoh pada masa kerajaan Kediri.
"Seni adalah medium ekspresi manusia yang mampu menembus batas ruang dan waktu, "kata Joko Sudibyo di rumahnya Kaliajir Lor RT 05 RW 12 Kalitirto Berbah Sleman, Rabu (6/8). Menurutnya dalam dunia tari, seorang penari dapat menyajikan sebuah karya dengan latar belakang masa lalu dan sekarang melalui media tubuh. Hal tersebut telah dilakukan oleh Joko Sudibyo. Tari Kapang juga dibawakan oleh Joko Sudibyo dalam festival Bhumi Atsanti di Borobudur Magelang, Minggu (03/08).
Baca Juga: Sleman City Hall Meriahkan HUT ke-80 RI dengan Rangkaian Event dan Promo Spesial Sepanjang Agustus
Joko mementaskan tari Kapang di Prancis, saat para WNI di sana menyelenggarakan penggalangan dana untuk korban bencana Gunung Semeru tahun 2022. Pada tahun 2024 karya ini kembali dipentaskan dalam Festival Choreomundus di Universitas Roehampton London, Inggris Raya. Menurut Joko, kedua pementasan tersebut mendapatkan sambutan positif dari para penonton dari berbagai negara.
Kapang sendiri menurut Joko, adalah karya tari yang berusaha mengekspresikan rasa kasih sayang dan kerinduan tokoh Gunungsari dan Dewi Onengan. Sebagai bagian tak terpisahkan dan ciri khas kisah Panji maka penari menggunakan topeng Gunungsari gaya Yogyakarta pada bagian awal.
Mengingat karya ini menampilkan dua tokoh sekaligus, maka gerak yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua yaitu gestur karakter feminin yang menitikberatkan pada gerak legato dan cenderung bervolume kecil dan gestur karakter maskulin yang menekankan pada gerak stakato, kuat, dan bervolume lebar. Motif-motif gerak yang ditampilkan terinspirasi dari gerak tari klasik gaya Yogyakarta dan tari Bali Kekebyaran.
Baca Juga: 'GAUNG 2025' Nada Baru untuk Musik Elektronik dan Eksperimental Indonesia
Untuk menciptakan nuansa baru dalam karya ini dan agar tidak terkesan Jawa “banget” atau Bali “banget”, Joko bekerjasama dengan komposer asal Tual yaitu Presley Talaut. Latar belakangnya sebagai komposer musik pop dan kontemporer membuat karya ini memiliki ciri khas tersendiri. Ketika adegan berlari, Presley membuat musik pop diatonis yang diiringi dengan vokal sinden lulusan ISI Yogyakarta, Eni Lestari. Adegan tersebut seakan membawa penonton untuk masuk dalam kerinduan Gunungsari akan pujaan hatinya.
Dari sisi kostum, Joko bekerjasama dengan designer asal Mojokerto, Dwi Nusa Aji Winarno untuk memberikan sentuhan Jawa Timur tempat lahirnya epos Panji. Mengingat karya ini adalah penggambaran dua tokoh maka kostumnya menggunakan dua kostum yang dijadikan satu. Pada bagian awal kostum bernuansa merah lalu pada bagian ke dua kostum dibuka menjadi berubah bernuansa putih.
Kembali pada kosep ruang dan waktu, Joko tidak menampilkan setiap karater dalam satu adegan khusus. Kedua karakter dituangkan dalam setiap adegan tanpa terpisah-pisah dengan tidak menitik beratkan pada satu alur waktu kejadian. (War)