sosok

Buku 'Untold Story – Strategi Public Relations di Industri Kreatif' Ungkap Kerja Public Relations di Balik Dinamika Isu Industri

Senin, 3 November 2025 | 18:45 WIB
Nugroho Agung Prasetyo (Ist)

Krjogja.com - JAKARTA - Gramedia menghadirkan salahsatu buku terbarunya, “Untold Story – Strategi Public Relations di Industri Kreatif”, yang mengungkap cerita di balik kerja Public Relations dalam industri.

Di tengah daya tarik industri kreatif dan dinamika isunya dalam derasnya arus informasi digital, ada sisi lain yang jarang mendapatkan sorotan, yaitu kerja senyap para praktisi Public Relations (PR) dalam menjaga reputasi, menata persepsi, dan mengelola krisis yang bisa datang kapan saja.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini, Selasa 4 November 2025: Waspadai Hujan Ringan di Seluruh Wilayah

Buku “Untold Story – Strategi Public Relations di Industri Kreatif” mengangkat beberapa kisah kerja PR di balik layar ke permukaan secara jujur, reflektif, dan sarat pembelajaran strategis dari pengalaman nyata di industri kreatif.

Ditulis oleh Nugroho Agung Prasetyo, praktisi dan akademisi komunikasi dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di dunia media, buku ini menjadi jembatan antara teori dan realitas lapangan.

“Buku ini bukan sekadar panduan teknis, melainkan catatan dari dapur kerja Public Relations dalam industri, yang mungkin juga dialami praktisi industri lainnya. Dalam buku ini saya mencoba menghadirkan perasaan dilema, Keputusan penting, dan strategi komunikasi yang tak pernah muncul ke permukaan,” ujar sang penulis, yang cukup lama berkarir sebagai PR di SCTV, ANTV, MNC Sky Visison, dan NET TV.

Baca Juga: Prediksi Skor PSG vs Bayern Munchen di Matchday Keempat Liga Champions 2025

Salah satu kisah di awal buku mengangkat peristiwa demonstrasi anti-pornoaksi terhadap dua stasiun televisi nasional pada awal 2000-an. Bagi tim PR yang terlibat, momen itu bukan sekadar krisis, melainkan ujian empati dan strategi komunikasi.

Alih-alih bersikap defensif, tim PR memilih pendekatan humanis dengan menemui para pengunjuk rasa dengan membawa tenaga medis untuk membantu para demonstran yang kelelahan di tengah panas siang.

Tindakan sederhana itu menjadi langkah komunikasi yang bermakna dalam menunjukkan bahwa empati bisa menjadi alat reputasi yang lebih kuat dari sekadar pernyataan pers.

“Dalam krisis, PR tidak hanya bicara. Ia mendengar, merasakan, dan bertindak,” ungkap sang penulis dalam buku ini.

Kisah lain yang tak kalah menarik datang dari sebuah panggilan telepon seorang anggota militer yang meminta Salinan konten salahsatu telenovela.

Sang PR muda kala itu menjelaskan batasan hukum hak cipta bukan dengan gaya birokratis, tapi dengan bahasa empatik yang justru memperkuat kepercayaan public sehingga menciptakan pemahaman penelponnya.

Belum lagi ungkapan dalam cerita lainnya, ketika produk kreatif mendapatkan resistensi dari sejumlah tokoh dan kelompok masyarakat berpengaruh.

Halaman:

Tags

Terkini

Ulil Albab M.Ikom: Presenter Harus Percaya Diri

Minggu, 2 November 2025 | 19:45 WIB