• Firman Allah SWT yang menjelaskan bahwa perbuatan menyakiti orang mukmin tanpa kesalahan yang mereka perbuat adalah dosa, antara lain :
وَالَّذÙÂينَ ÙŠÙÂؤْذÙÂونَ الْمÙÂؤْمÙÂÙ†ÙÂينَ وَالْمÙÂؤْمÙÂنَات٠بÙÂغَيْر٠مَا اكْتَسَبÙÂوا ÙÂَقَد٠اØÂْتَمَلÙÂوا بÙÂهْتَانًا ÙˆÙŽØ¥ÙÂثْمًا Ù…ÙÂبÙÂينًا (الأØÂزاب : ٥٨)
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. al-Ahzab :58)
2. Hadis Nabi s.a.w.:
• Hadis Nabi saw yang memerintahkan jujur dan melarang berbohong, sebagaimana sabdanya:
عنعبد الله بنمسعود رضيالله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: عَلَيْكÙÂمْ بÙÂالصÙÂّدْق٠ÙÂÙŽØ¥ÙÂÙ†ÙŽÙ‘ الصÙÂّدْقَ يَهْدÙÂيإÙÂلىَ البÙÂرÙÂÙ‘ ÙˆÙŽØ¥ÙÂÙ†ÙŽÙ‘ البرَّ يَهْدÙÂيْ Ø¥ÙÂلىَ الجَنَّة٠وَمَا يَزَال٠الرَّجÙÂل٠يَصْدÙÂق٠وَيَتَØÂَرَّى الصÙÂّدْقَ ØÂَتىَّ ÙŠÙÂكْتَبَ عÙÂنْدَ الله٠صÙÂدÙÂيْقاً, ÙˆÙŽØ¥ÙÂيَّاكÙÂمْ وَالكَذÙÂبَ ÙÂÙŽØ¥ÙÂÙ†ÙŽÙ‘ الكَذÙÂبَ ÙŠÙŽÙ‡ÙÂدÙÂÙ‰ Ø¥ÙÂلىَ الÙÂÙÂجÙÂوْر٠وَإÙÂÙ†ÙŽÙ‘ الÙÂÙÂجÙÂوْرَ يَهْدÙÂيإÙÂلىَ النَّار٠وَمَا يَزَال٠الرَّجÙÂل٠يَكْذÙÂب٠وَيتَØÂَرَّى الكَذÙÂبَ ØÂَتَّى ÙŠÙÂكْتَبَ عÙÂنْدَ الله٠كذاباً. (رواه مسلم(
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Wajib atas kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu menunjukkan (pelakunya) kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan kepada Surga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur. Dan jauhilah oleh kalian sifat dusta, karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan pelakunya kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada api Neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk selalu berdusta sehingga ia ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta." (HR. Muslim)
• Hadis Nabi saw yang menjelaskan pengertian tentang ghibah sebagaimana sabdanya:
عَنْ أَبÙÂÙ‰ Ù‡ÙÂرَيْرَةَ أَنَّ رَسÙÂولَ اللَّه٠صلى الله عليه وسلم قَالَ "أَتَدْرÙÂونَ مَا الْغÙÂيبَةÙÂ". قَالÙÂوا اللَّه٠وَرَسÙÂولÙÂه٠أَعْلَمÙÂ. قَالَ "ذÙÂكْرÙÂÙƒÙŽ أَخَاكَ بÙÂمَا يَكْرَهÙÂ". Ù‚ÙÂيلَ Ø£ÙŽÙÂَرَأَيْتَ Ø¥ÙÂنْ كَانَ ÙÂÙÂÙ‰ Ø£ÙŽØ®ÙÂÙ‰ مَا Ø£ÙŽÙ‚ÙÂول٠قَالَ "Ø¥ÙÂنْ كَانَ ÙÂÙÂيه٠مَا تَقÙÂول٠ÙÂَقَد٠اغْتَبْتَه٠وَإÙÂنْ لَمْ ÙŠÙŽÙƒÙÂنْ ÙÂÙÂيه٠ÙÂَقَدْ بَهَتَّهÙÂ" (رواه البخاريو مسلم )
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Tahukah kalian apa ghibah itu?" Para shababat menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui". Beliau bersabda: "Ghibah itu adalah bercerita tentang saudara kalian tentang hal yang ia benci." Ada yang bertanya:, "Bagaimana pendapatmu jika yang saya ceritakan itu benar-benar nyata ada pada diri orang itu?, nabi pun menjawab: "Jika apa yang kamu katakana tentang saudaramu itu benar adanya maka telah melakukan ghibah kepadanya; namun apabila apa yang kamu katakan tidak benar, maka berarti kamu telah melakukan kedustaan (fitnah) kepadanya." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
• Hadis Nabi saw yang memerintahkan untuk bertutur kata yang baik dan menjadikannya sebagai salah satu indikator keimanan kepada Allah, sebagaimana sabdanya: