Baca Juga: 21 Perusahaan Terlibat UKW, BUMN Berperan Tingkatan Profesionalisme Wartawan
Dilansir dari Philonomist, greenflation mencerminkan kenaikan harga yang dapat bersifat jangka panjang, seiring dengan upaya negara untuk memenuhi komitmen lingkungannya.
Meningkatnya pengeluaran untuk teknologi ramah lingkungan, seperti bebas karbon pun menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan yang strategis untuk infrastruktur.
Di sisi lain, intensifikasi peraturan lingkungan hidup kerap membatasi investasi pada proyek pertambangan yang berpolusi tinggi.
Baca Juga: Beda Nasib Dua Mantan Pemain PSS di Liga 2, Salah Satunya Degradasi ke Liga 3
Kondisi tersebut berimbas pada terbatasnya pasokan bahan baku, sehingga mengakibatkan kenaikan harga.
Sebagai contoh, pajak karbon yang membantu menjaga lingkungan hidup, menyebabkan harga bahan bakar naik.
inflasi hijau juga bisa terjadi karena adanya upaya mereduksi penggunaan bahan bakar fosil dengan penetapan harga yang lebih mahal.
Baca Juga: Jose Mourinho Mendarat di Bandara Barcelona, Menggantikan Xavi Hernandez?
Sehingga energi yang berbahan bakar fosil yang lebih mahal akan mengerek inflasi. Inflasi di Indonesia lebih dipicu oleh bahan pangan sepanjang 2023 lalu. Hal ini dipicu oleh cuaca ekstrem yang memicu kenaikan harga beras.
Namun, Indonesia diketahui tengah mendorong transisi hijau seiring dengan target net zero emission pada 2060.
Salah satu yang dikedepankan adalah mendorong penggunaan energi hijau. Program unggulannya adalah menyetop pembangkit listrik tenaga fosil dan menggantikannya dengan pembangkit listrik berbahan baku hijau, seperti pembangkit listrik tenaga surya. (*)