Krjogja.com - YOGYA - Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY Dr Didik Wardaya SE MPd menyatakan, Disdikpora DIY berkomitmen untuk mencegah terjadinya bullying dan kekerasan di lingkungan sekolah. Salah satu upayanya dengan mengoptimalkan peran para guru Bimbingan Konseling (BK) di masing-masing sekolah, melalui seminar dan sosialisasi terkait pencegahan bullying dan kekerasan di lingkungan sekolah.
"Di setiap sekolah kini telah terbentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK). Guru BK menjadi salah satu elemen di dalamnya. Namun guru BK bukan satu-satunya elemen di dalam TPPK. Pencegahan dan penanganan kekerasan serta intoleransi juga perlu melibatkan guru lain agar lebih efektif. Permasalahan bullying dan kekerasan di lingkungan sekolah menjadi tantangan dan masih kerap terjadi," ujar Didik Wardaya pada Seminar Psikologi Pendidikan 'Mencegah dan Menangani Bullying di Lingkungan Sekolah', Rabu (11/12/2024), di Auditorium Kampus I Universitas AKPRIND Indonesia, Kompleks Balapan, Yogyakarta.
Universitas AKPRIND Indonesia atau AKPRIND University menyelenggarakan seminar ini, dengan mengundang 200 peserta dari Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Jenjang SMA/SMK/MA se-DIY. Hadir antara lain Kepala Disdikpora DIY Dr Didik Wardaya SE MPd, Rektor AKPRIND University Dr Edhy Sutanta ST MKom beserta jajaran, Kepala SMK Perindustrian Falensius Geru SPd, para Ketua dan Pengurus MGBK SMA/SMK/MA se-DIY.
Baca Juga: Danais Dukung Penanganan Sampah di DIY
Tiga narasumber yang dihadirkan yakni Vequentina Puspa Indah MPsi Psikolog (Psikolog Klinis di Klinik AKPRIND by Klinik Kampus) mengupas soal Pencegahan dan Penanganan Bullying di Lingkungan Sekolah dari Sudut Pandang Psikologi. Kemudian AKBP Kurniati SSos MA (Kasubdit Bhabinkamtibmas Polda DIY) membahas seputar Penanganan Bullying di Mata Hukum. Serta Edy Prajaka SPd (Ketua MGBK SMA DIY) dengan materi Pencegahan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
Rektor Universitas AKPRIND Indonesia menyebutkan, animo kalangan pendidikan terhadap permasalahan bullying cukup tinggi. Terbukti dari data yang masuk ternyata cukup banyak yang ingin mengikuti seminar ini, tetapi karena kapasitas ruangan yang terbatas sehingga dibatasi hanya 200 peserta saja.
"Terselenggaranya acara seminar ini juga atas kerja sama dan bantuan dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY. Ini merupakan awal dari kegiatan bersama antara AKPRIND dan MGBK. Harapannya nanti akan terus berjalan dengan kegiatan-kegiatan berikutnya dan terjalin komunikasi serta silaturahmi," ucap Edhy Sutanta.
Baca Juga: Masyarakat Harus Waspada Terhadap Potensi Cuaca Ekstrem Saat Nataru
Dengan kerja sama ini, lanjut Edhy, diharapkan juga para guru maupun dosen dan mahasiswa melakukan pengabdian dan penelitian bersama. Selain itu, bisa pula dilakukan pendampingan terkait penerapan teknologi tepat guna di sekolah. "Pada prinsipnya, kami dari AKPRIND akan selalu mensupport kegiatan-kegiatan tersebut sesuai kapasitas kami," kata Edhy.
Menurut Edy Prajaka, saat ini setidaknya terdapat 200-an guru BK SMA/SMK/MA se-DIY. Guru BK punya peranan sangat penting dalam menangani masalah bullying hingga kekerasan di sekolah.
"Pada setiap kasus bullying atau kekerasan di sekolah, pasti ada korban. Di situlah pentingnya peran guru BK untuk memberikan penanganan hingga pemulihan psikis korban. Namun ada sejumlah koridor yang tak bisa dilakukan oleh guru BK dalam menangani kasus kekerasan dan bullying, yakni terkait dengan punishment. Kalau ada tindakan kekerasan memberikan punishment itu bukan tugas BK," tandasnya.
Sedangkan Vequentina Puspa Indah mengatakan, perilaku bullying akan menjadikan korban merasa tidak nyaman dan terteror. Apalagi, kondisi ini berlangsung selama waktu sekolah yang mencapai 7-9 jam setiap harinya.
"Ini menjadikan semangat siswa untuk belajar menjadi menurun. Bahkan, yang lebih parah bisa memicu terjadinya psikosomatis pada korban," ungkap Vequentina.
Ia pun mengajak para guru untuk memberi perhatian lebih pada siswa yang izin sekolah terlalu lama, misalnya. Hal seperti ini sangat penting, jadi sekolah ramah anak bukan hanya sekadar jargon, tapi benar-benar bisa terwujud sehingga anak berangkat sekolah dengan hati gembira. (San)