Ia juga menekankan pentingnya inovasi digital berbasis riset, mencontohkan aplikasi SiBakul Jogja di bawah Dinas Koperasi dan UMKM DIY. “SiBakul bagus, tapi bisa dikembangkan jadi platform terpadu untuk transaksi publik, dari jual beli hingga pembayaran PBB,” ujarnya.
Baca Juga: 80 Tahun Amanat Sultan HB IX, Eko Suwanto Ajak Bangsa Perkokoh Persatuan
Namun, ia menegaskan bahwa inovasi digital harus didukung riset mendalam mengenai perilaku pengguna, keamanan data, dan model bisnis.
Menuju Ekosistem Digital dan Pemerintahan Cerdas
Menurut Eko, DIY memiliki potensi besar menjadi pusat riset dan inovasi digital. Namun, Pemda harus serius membangun ekosistem digital yang terintegrasi.
“Banyak sektor sudah serba digital, tapi birokrasi kita masih manual. Harus mulai bertransformasi ke sistem paperless berbasis riset,” ujarnya.
Ia menekankan, tujuan akhir dari riset dan inovasi bukan hanya kebijakan, tetapi kesejahteraan rakyat. “Semua riset dan kebijakan harus bermuara pada kebahagiaan masyarakat Yogyakarta,” tegasnya.
Mengutip data BPS DIY, Eko menyebut masih ada sekitar 10,2 persen penduduk yang tergolong miskin. “Kita perlu tahu siapa mereka dan apa kebutuhannya. Itu hanya bisa diketahui melalui riset yang baik,” ujarnya.
Dengan riset yang kuat, pemerintah dapat menetapkan kebijakan intervensi yang tepat, seperti pelatihan, pemberdayaan ekonomi, dan program sosial yang sesuai kebutuhan masyarakat.
Menutup perbincangan, Eko optimistis Raperda Riset dan Inovasi Daerah akan menjadi tonggak sejarah baru bagi pembangunan berbasis ilmu di DIY.
“Raperda ini bukan sekadar regulasi, tapi perubahan cara berpikir. Kita ingin membangun pemerintahan yang ilmiah, cerdas, dan berpihak pada rakyat,” pungkasnya.(*)