Krjogja.com - YOGYA - Cuaca panas yang melanda Yogyakarta dalam beberapa hari terakhir membuat banyak warga bertanya-tanya: apakah suhu yang mencapai lebih dari 35°C ini ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Merapi?
Menurut penjelasan Kepala BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas S.P., M.Si, fenomena suhu panas ini tidak berkaitan langsung dengan aktivitas vulkanik Merapi, melainkan merupakan fenomena cuaca musiman yang lazim terjadi pada periode peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Baca Juga: Kado Istimewa Hari Jadi ke-74 Kabupaten Kulonprogo, Raih Penghargaan Bergengsi Paritrana Award DIY
Reni menjelaskan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan suhu udara di wilayah perkotaan Yogyakarta.
“Suhu panas yang dirasakan masyarakat lebih disebabkan oleh posisi semu matahari yang kini berada tepat di atas wilayah Indonesia bagian tengah, termasuk Yogyakarta,” ujar Reni.
Fenomena ini dikenal dengan istilah “gerak semu matahari”, di mana posisi matahari berada hampir tegak lurus di atas kepala. Akibatnya, radiasi matahari yang diterima permukaan bumi menjadi lebih kuat dan menyebabkan peningkatan suhu udara, terutama pada siang hari.
Baca Juga: Ini Dia Solusi Sultan HB X Soal Truk ODOL
Sementara itu, aktivitas Gunung Merapi sendiri masih berada pada status Siaga (Level III) dengan potensi erupsi bersifat lokal di area puncak. Namun, aktivitas tersebut tidak berpengaruh terhadap suhu udara di dataran rendah seperti Yogyakarta.
Efek Urban dan Minim Awan
Selain posisi matahari, faktor lain yang memperkuat panas adalah minimnya tutupan awan dan kelembapan udara yang rendah. Langit yang cerah membuat radiasi matahari masuk lebih optimal tanpa halangan, sementara panas dari permukaan tanah sulit dilepaskan ke atmosfer.
Yogyakarta sebagai kota padat dengan dominasi permukaan aspal dan beton juga mengalami efek pulau panas perkotaan (urban heat island). Permukaan keras tersebut menyerap panas di siang hari dan melepaskannya perlahan pada malam hari, membuat udara tetap gerah meski matahari sudah terbenam.
Kapan Kondisi Ini Berakhir?
BMKG memprediksi cuaca terik ini masih akan berlangsung hingga pertengahan Oktober 2025, sebelum curah hujan mulai meningkat di akhir bulan. Warga diimbau untuk tetap waspada terhadap paparan panas matahari berlebih, menjaga hidrasi, dan menghindari aktivitas luar ruangan pada pukul 11.00–15.00 WIB, saat suhu mencapai puncaknya.
Dengan demikian, suhu panas ekstrem di Yogyakarta tidak ada hubungannya dengan Gunung Merapi, melainkan disebabkan oleh faktor astronomis dan meteorologis.