Kegiatan ini juga menjadi wadah menyalurkan kreativitas para pemural agar tidak membuat karya secara liar di ruang publik. Mural dikerjakan selama tiga hari, mulai 20 hingga 22 November.
Panitia memperpanjang waktu pengerjaan untuk mengantisipasi cuaca yang kurang mendukung agar peserta tetap dapat menuntaskan karya secara maksimal. Juara pertama lomba mural diraih oleh Subki Mural Art (SMART), untuk juara kedua dan ketiga diraih oleh grup Kamis Wage dan Ungu.
Serta Jauza Design dan Vangof Art meraih juara harapan 1 dan harapan 2.
Perwakilan tim, Hanif Choirunnisa, menjelaskan makna mural yang mereka kerjakan, yang berangkat dari figur Semar sebagai simbol pemberi tuntunan.
"Ceritanya itu pertamanya ada Semar. Semar itu melambangkan sosok yang suka memberi wejangan. Dia memberi wejangan karena banyak anak muda yang terlibat klitih atau pergaulan yang kurang baik. Nah, itu diminta untuk balik lagi ke asalnya, yaitu kebudayaannya Wong Jogja Ojo Lali Jogjane," jelasnya.
Dalam mural tersebut, Semar digambarkan memeluk Tugu Jogja sebagai simbol menjaga nilai-nilai Jogja agar tetap lestari. (Dhi)