Intelegensia Pangan

Photo Author
- Sabtu, 5 Mei 2018 | 15:38 WIB

PRO-KONTRA kembali terjadi pada diri sosok kelembagaan Bulog dengan pergantian pimpinannya dari Djarot yang mantan Direksi BRI ke Budi Waseso, Buwas, yang mantan komandan BNN. Pergeseran pimpinan Bulog dari seorang bankir ke seorang perwira tinggi polisi tentu disertai dengan penuh harapan. Lembaga pengendali pangan nasional yang sangat penting ini tidak lagi akan memble, terutama menghadapi gejolak harga pangan strategis yang segera mendesak, utamanya beras. Apalagi puasa-dan-lebaran mendatang, demi ketenteraman sistem pangan nasional.

Lembaga pangan yang senantiasa bongkar pasang pimpinan dan tidak pernah memenuhi harapan ini memang senantiasa menjadi penentu kewibawaan pemerintahan dan menjadi pertaruhan seorang kepala negara. Ketika kapasitas operasinya terbatas, pasti ujung-ujungnya pemerintahan yang dicaci maki masyarakat banyak, terutama dalam tahun-tahun politik seperti sekarang.

Meski muncul pesimisme dalam kalangan publik yang menyambut pergantian pejabat itu biasa saja. Karena meyakini bahwa praktik sistem pangan akan tetap saja hobbi kisruh seperti biasanya, as usual, tidak sedikit yang menarik harap bahwa perwira tinggi inteligen polisi ini bisa diharapkan untuk meningkatkan stabilitas dan kinerja sistem pangan nasional. Begitulah setidaknya harapan Presiden Jokowi atas pergantian pimpinan yang mendadak menjelang pemilu dan Pilpres 2019.

Sebagian publik memang manaruh penuh harap dan optimisme terhadap komandan dan intel senior Ini. Alasannya? Sejak lama sektor pangan hobinya moratmarit, karena keterbatasan kapasitas intelijen dalam penataannya. Tentu yang dimaksudkan bukan sekadar pada pengertian intelijen secara terbatas, seperti market intelligent atau lainnya. Akan tetapi pada kapasitas intelijen dalam pengertian seluasnya.

Krisis intelijen bahkan nampak sekali. Ketika kabinet dan pejabat terkait tidak mampu membedakan krisis pangan yang sedang terjadi itu terjadi karena kelangkaan atau pelangkaan pangan seperti dalam kasus kedelai? Terjadi karena kelambatan atau pelambatan izin import seperti kasus bawang putih tempo hari, sehingga harganya semakin memuncak.

Inteligensia, sebagai istilah umum bisa dipilih untuk menggambarkan perihal yang berkaitan dengan kapasitas inteligen ini, dengan melihat kasus beras sebagai mandat utama Buwas, sekurang-kurangnya meliputi beberapa tingkatan. Pertama, adalah inteligensia akademik yang terkait dengan urusan beras nasional. Mulai dari pendataan, stok, sampai asumsi rendemen yang selama ini menyesatkan dan palsu semua secara akademik. Padahal menjadi latarbelakang penentuan Inpres Perberasan 5/2015 yang kemudian mandul itu.

Kedua, inteligensia kebijakan. Intelegensia yang harus mencermati mutu kebijakan dan kejujuran kebijakan. Ketika ada inpres yang mandul seperti itu, perlu disidik latarbelakang penyusunan kebijakannya. Karena jelas sekali nuansa manipulatif yang telah menjebak Presiden Jokowi tanda tangan Inpres 5/2015 tentang Perberasan.

Ketiga, inteligensia yang tidak kalah penting diperlukan oleh para pejabat tinggi untuk bisa memastikan sebab-musabab terjadinya krisis adalah intelegensia operasional.† Kebiasaan yang terjadi ketika ada krisis selalu saja kabinet menyalahkan mafia, kartel dan sebagainya sebagai kambing hitam dan kemudian mengorbankan pihak tertentu. Padahal yang salah adalah policynya. Adalagi soal lain, ketika krisis terjadi, selalu diterjemahkan sebagai kelangkaan. Padahal acapkali bukan kelangkaan yang terjadi tetapi pelangkaan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Mudik Virtual

Jumat, 22 Mei 2020 | 11:56 WIB

Pasar Rakyat

Senin, 18 Mei 2020 | 01:52 WIB

Digitalisasi Buku

Sabtu, 16 Mei 2020 | 05:12 WIB

Akhir Pandemi

Jumat, 15 Mei 2020 | 04:44 WIB

Kerja Sama

Kamis, 14 Mei 2020 | 08:24 WIB

BST dan Pandemi

Rabu, 13 Mei 2020 | 02:30 WIB

Era New Normal

Selasa, 12 Mei 2020 | 09:56 WIB

Daya Tahan PTS

Senin, 11 Mei 2020 | 08:20 WIB

Pandeminomics

Sabtu, 9 Mei 2020 | 09:41 WIB

Ruang Sosial

Jumat, 8 Mei 2020 | 07:28 WIB

Didi Adalah Kita

Rabu, 6 Mei 2020 | 06:00 WIB

Kembalinya Pendidikan Keluarga

Selasa, 5 Mei 2020 | 07:24 WIB

Disrupsi Pangan

Senin, 4 Mei 2020 | 05:24 WIB

Belajar dari Covid-19

Sabtu, 2 Mei 2020 | 09:25 WIB

Menyelamatkan UMKM

Kamis, 30 April 2020 | 02:12 WIB

'Virus Sosial'

Rabu, 29 April 2020 | 08:00 WIB

Kampung Istimewa

Selasa, 28 April 2020 | 01:27 WIB

Sanksi PSBB

Senin, 27 April 2020 | 06:45 WIB

'Password Stuffing'

Sabtu, 25 April 2020 | 11:07 WIB

THR Bagi PNS

Jumat, 24 April 2020 | 05:47 WIB
X