Tiga tingkat inteligensia ini : akademikkebijakan-operasional sebetulnya merupakan kapasitas inteligen minimum yang diperlukan dalam mengendalikan sistem pangan nasional. Untuk bisa menghindarkan diri dari keterjebakan dalam pengambilan keputusan yang menyesatkan, dan berakibat fatal menggerogoti wibawa pemerintah.
Kelemahan inteligensia ini sungguh tidak bisa ditolerir ketika kita semua semakin menyadari bagaimana kuatnya relasi ‘peng-peng’, menurut istilahnya Rizal Ramli. Yaitu relasi pengusaha-penguasa, yang dalam bidang pangan begitu menguatnya. Sampai memunculkan mitos-mitos sembilan naga, tujuh taipan, gratifikasi sapi dan sejenisnya. Penggerogotan wibawa negara pun ditangkap oleh kelompok lain sebagai senjata politik.
Rivalitas kepemimpinan nasional pasti tidak seru ketika hanya diwarnai oleh senjata-senjata politik pesaing yang memanfaatkan ketersesatan pembantu presiden. Yang secara tidak sadar atau dengan sengaja telah menggerogoti wibawa presiden. Telah menjebaknya untuk tanda tangan inpres bodong dan ‘pembangkangan’ sejenis lainnya.
(Prof Dr M Maksum Machfoedz. Guru Besar Agroindustri UGM, dan Waketum PBNU. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu 5 Mei 2018)