Yuk Minum Jamu Racikan Ibu-ibu Desa Wisata Kiringan Bantul

Photo Author
- Selasa, 13 Juni 2023 | 21:57 WIB
Desa jamu Kiringan Bantul  (foto: merdeka.com)
Desa jamu Kiringan Bantul (foto: merdeka.com)

Krjogja.com - BANTUL - Mungkin warga Yogyakarta tak menyadari bahwa jamu gendong yang biasa mereka minum itu merupakan racikan ibu-ibu dari Dusun Kiringan, Jetis, Bantul. Setiap pagi, ratusan ibu-ibu keluar rumah dan menyebar ke berbagai lokasi di Yogyakarta untuk menjajakan jamunya. Rata-rata mereka menggunakan sepeda motor, tapi ada juga yang memakai sepeda onthel.


"Kita keliling setiap pagi ke mana-mana. Kita beriring-iringan seperti burung beterbangan, ada yang pakai sepeda motor. Ada juga yang pakai sepeda onthel," kata Ketua Kelompok Jamu Seruni Putih, Murjiyati saat ditemui wartawan di Kantor Kepala Dusun Kiringan, belum lama ini.


Murjiyati mengatakan, dari 132 warga Kiringan yang jualan jamu, yang aktif setiap hari jualan jamu sekitar 90 orang. Sisanya kadang jual dan kadang tidak, atau jualan jika ada pesanan.


[crosslink_1]


Dari jualan jamu, wanita paruh baya tersebut bisa mengantongi omzet lumayan besar. Setiap harinya dia mengantongi pendapatan sebesar Rp 700.000. Angka tersebut hanya untuk jamu kemasan botol dan jamu yang dimunum langsung oleh pembeli pakai batok kelapa. Tidak termasuk jamu instan. Setiap botol dijual bervariasi, mulai Rp 8.000- Rp 15.000.


"Pemasukan kotor sehari Rp 700.000. Bersih sekitar Rp 300.000 karena di rumah ada yang membantu, kita bayar juga," imbuh Murjiyati.


Jenis jamu yang dijual bermacam-macam. Mulai dari beras kencur, kunir asem, secang, dan masih banyak lagi. Tak kurang dari 10 jenis jamu yang dijual oleh warga Dusun Kiringan.


Warisan Turun Temurun
Warga Kiringan mulai menjual jamu sekitar tahun 1950-an. Resepnya diwarisi secara turun-temurun.


"Resep jamu kita dapatkan secara turun temurun mulai tahun 1950-an. Kalau kita tahun 90-an baru mulai, dan jual sampai sekarang," kata Kepala Dusun Kiringan, Jetis, Sudiyatmi di Kantor Kepala Dusun.


Bahan baku tidak semua didapatkan di Dusun Kiringan. Menurut Sudiyatmi, sebagian besar bahan baku didapatan dari daerah lain, karena ketersediaan bahan baku di Dusun Kiringan tidak mencukupi.


Sudiyatmi tidak khawatir akan keberlangsungan usaha jamu di kampungnya, lantaran antusiasme masyarakat sekitar terutama anak muda sangat tinggi terhadap jamu.


"Misalnya kalau ibunya sudah sepuh, dia jualan mengajak anaknya mengantarkan dagangan jamu ke para pelanggan sembari memperkenalkan anaknya."


"Ini loh anaknya yang nanti gantiin aku. Kalau ibunya sudah usia 60 tahun ke atas gantian anaknya yang jualan. Misal 1 minggu ibunya jualan 4 kali, anaknya 3 kali," cerita Sudiyatmi.


Kekhawatiran akan keberlanjutan usaha jamu di Dusun Kiringan sempat dirasakan Sudiyatmi. Namun kekhawatiran tersebut hilang saat pejabat setempat terus melakukan pembinaan dengan mengadakan berbagai pelatihan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB
X