Krjogja.com - BANTUL - PT Maybank Indonesia mendukung pemerintah daerah DIY menanganani masalah sampah yang terjadi akhir-akhir ini melalui pembangunan fasilitas pengelolaan eco-village di Bangunjiwo. Di lahan yang terletak di Dusun Petung dengan seluas 150 meter persegi tersebut, warga melakukan pengolahan sampah organik serta anorganik.
Dari sisi mengurai sampah organik, warga memanfaatkan Maggot atau Black Soldier Fly (BSF). Demikian diungkapkan Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria. Menurutnya, darurat sampah di DIY harus diselesaikan dengan baik oleh masing-masing kabupaten/kota di DIY agar tidak lagi membebani TPA Piyungan.
Baca Juga: 9 Bulan Pertama I/2023, CIMB Niaga Kantongi Laba Rp6,3 Triliun
Taswin menambahkan, fasilitas TPS 3R ini tidak hanya menjadi tempat pemrosesan, tetapi juga akan dilengkapi dengan pelatihan terkait pengelolaan sampah dan pemanfaatan lahan produktif. Selain itu, rencananya fasilitas ini akan berkembang menjadi bank sampah yang berfungsi lebih holistik.
"Fasilitas ini diharapkan mampu mengelola sekitar 500 kg sampah organik per hari," katanya.
Melalui fasilitas pengelolaan sampah organik dan budidaya BSF, Maybank Indonesia berharap dapat meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan pengelolaan seluruh sampah organik di TPS 3R.
"Langkah ini sejalan dengan komitmen Maybank Indonesia untuk berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan pengelolaan sampah, agar terjadi perubahan perlilaku yang lebih baik di Yogyakarta," ungkapnya.
Baca Juga: Bank Muamalat dan Unisba Dorong Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah
Lurah Bangunjiwo, Parja mengutarakan, di desanya terdapat sekitar 10 ribu kepala keluarga (KK) dengan 30 jiwa. Menurutnya, satu KK menghasilkan hingga 1 kg sampah tiap harinya, sehingga ada satu ton sampah dalam setiap hari yang harus ditangani.
"Sampah di Bangunjiwo harus habis di Bangunjiwo, sehingga tidak membebani TPA Piyungan," ujarnya si sela peluncuran program Eco-Village oleh Yayasan Maybank Indonesia di Gedung Kelurahan Bangunjiwo, Sabtu (25/11/2023).
Baca Juga: Yenny Wahid dan Ribuan Warga Sleman Hadiri Selawat Akbar Santrine Abah Ganjar
Menurutnya, budi daya Maggot bisa membantu mengurai sampah secara efektif dan efisien, serta memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Saat ini harga larva magot sekitar Rp 50-60 ribu perkilogramnya. Maggot baik untuk pakan ternak ayam dan ikan, bahkan ikan hias sekalipun.
Di kandang maggot dan TPS 3R tersebut juga menyatu dengan tanaman buah kelengkeng, aplpukat dan sawo, yang ditanam bersama-sama oleh pihak Maybank, Dinas Lingkungan Hidup dna Kehutanan DIY dan Bantul, Kapanewon Kasihan, Kelurahan Bangunjiwo, Benih Baik serta sejumlah bankers Maybank. Kelak lima hingga enam tahun lagi, buah-buah tersebut bisa dipanen, sehingga harapan pengelola membuat agrowisata bisa terwujud.
Baca Juga: Prediksi Curah Hujan Meningkat Desember, BPBD Sukoharjo Waspada Banjir
Firdaus Juli, pendiri Yayasan Benih Baik mengungkapkan, penggunaan Maggot tidak hanya memberikan hasil finansial yang baik tetapi juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan.