MAHASISWA Program Studi (Prodi) Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam (FSMR), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta angkatan 2022, menggelar pameran Fotografi Cetak Tua bertajuk Alternative Photographic Process Week (Aphic Week) #4 bertema besar 'Saujana'.
Pembukaan pameran di Pendhapa Art Space (PAS) Jalan Lingkar Selatan Tegal Krapyak, Panggungharjo, Sewon Bantul, Senin (18/12) malam, dibuka oleh Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta Dr Irwandi MSn, ditandai dengan pemotongan tumpeng.
Pameran ini masih berlangsung hingga Sabtu (23/12) buka mulai pukul 10.00-21.00 WIB, terbuka untuk umum.
Selain pameran dengan menampilkan karya-karya mahasiswa, Aphic Week #4 'Saujana' ini, para pengunjung, juga dapat mengikuti workshop cetak tua yang akan dilaksanakan pada 19 Desember 2023, Pukul 10:00-13:00 WIB (Workshop Cyanotype) dan 21 Desember 2023, pukul 10:00- 13:00 WIB (Workshop Vandyke). Sharing Session, film screening, dan talkshow selama masa pameran berlangsung.
Dr Irwandi MSn mengatakan, bahwa pembelajaran fotografi cetak tua ini tidak selalu tentang perkara teknis penciptaan karya, namun lebih dari itu di dalamnya, juga disematkan mengenai sejarah dan perkembangan fotografi.
Baca Juga: ST Nyel Jalur Ninja Emoh Dikasih Uang Oleh Gus Iqdam, Malah Pilih Ini
Para mahasiswa yang mengikuti kuliah ini, secara langsung akan terlatih untuk mengembangkan soft skill mengenai manajemen tim, kepemimpinan, 'public speaking' serta negosiasi sebagai bekal untuk berkonstribusi di dunia industri dan masyarakat. Berbagai hal tersebut menjadi aspek penting yang terus diupayakan untuk diajarkan kepada mahasiswa oleh institusi pendidikan tinggi agar nantinya menjadi lulusan yang memiliki kemampuan komplit.
Fotografi cetak tua atau yang sering disebut dengan <I>Old Photographic Process<P> merupakan teknik cetak fotografi yang pertama ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu dan merupakan cikal bakal dari lahirnya fotografi modern.
Saat ini Old Photographic Process juga lazim disebut Alternative Photographic Process, sebutan ini muncul saat masa di mana teknik ini bukan menjadi teknik utama yang digunakan, tetapi menjadi teknik alternative yang digunakan untuk mengeksplorasi teknik dalam dunia fotografi.
Seniman dan fotografer kontemporer, kini terus mengeksplor dan mengkaji teknik ini sehingga bisa menjadi teknik penciptaan karya seni yang memiliki nilai historis dan kebebasan eksplorasi teknik.
Dalam Teknik cetak fotografi ini menciptakan sebuah citra fotografi tanpa sebuah kamera, secara ringkas, untuk menghasilkan cetakan dengan cara lama perlu beberapa tahapan, pertama membuat film negatif/positif, kedua membuat cairan peka cahaya, ketiga sensitizing atau menjadikan kertas menjadi peka terhadap cahaya, keempat penyinaran, dan yang terakhir yaitu pembilasan.
"Secara visual tampilan dari hasil cetak tua ini, memiliki karakter yang khas, sehingga membuatnya memiliki daya tarik yang unik bagi fotografer untuk terus melestarikannya," imbuh Irwandi.
Dekan Media Rekam ISI Yogyakarta Dr Edial Rusli mengatakan, pameran cetak tua salah satu mata kuliah mahasiswa Fotografi Media Rekam ISI Yogyakarta ini, ikut melestarikan proses cetak foto tua bisa diapresiasi masyarakat.