BANTUL - KRjogja.com - Tuntutan adanya perubahan dalam kehidupan sebagai sebuah gerakan rakyat saat ini makin meluas dan mengakar. Gerakan ini seperti ibarat jamur tumbuh di musim hujan, tumbuh berkembang di seluruh penjuru tanah air terutama di tingkat masyarakat bawah perkotaan dan masyarakat pedesaan.
Untungnya gerakan ini ditangkap oleh para pemaju seni yang tergabung dalam AB Ningrat Indonesia dan para aktivis yang juga sangat gerah dengan keadaan negeri yang semakin terpuruk sementara penguasa negeri mementingkan diri sendiri dan tidak berpihak kepada kepentingan publik. Kesamaan perasaan inilah yang melahirkan berbagai kegiatan budaya antara lain Gerakan Kentongan Rakyat yang berlangsung di Pasar Bantul, Minggu (14/1/2024).
“Kegiatan ini didediksikan sebagai sarana penyalur aspirasi atas kesumpekan hidup yang dihadapi rakyat bawah. Kami mendengar denyut nadi rakyat bawah yang sudah bertahun-tahun tidak atau kurang merasakan hadirnya negara untuk melindungi mereka. Rakyat menghadapi berbagai kesulitan hidup dalam keseharian mereka. Upaya-upaya memperoleh rezki dalam berusaha terbentur keterbatasan pengetahuan dan ketentuan perundang-undangan, yang tidak berpihak kepada mereka. Kemampuan manajemen usaha dan keterbatasan permodalan juga menghalangi rakyat klas bawah untuk memajukan ekonominya, bahkan usaha kecil dan sektor pertanian mereka mengalami kebangkrutan karena harga pupuk yang tidak terjangkau,” ujar penasehat AB Ningrat Hary Sutrasno.
Baca Juga: Siap-siap, Perguruan Tinggi Asing Bakal Serbu Indonesia
Pada kesempatan orasi di depan ribuan peserta aksi yang terdiri dari berbagai komponen masyarakat, Abdul Halim Muslih selaku tokoh masyarakat sekaligus Bupati Bantul definitif menyerukan agar semua komponen masyarakat bergandengan tangan seerat-eratnya untuk memenangkan gerakan perubahan dengan memilih pasangan Anies-Muhaimin (AMIN) sebagai presiden dan wakilnya pada pilres 2024.
“Kita sedang memasuki masa-masa mendebarkan dan rakyat sebagai pemilik kedaulatan tidak akan menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin yang mementingkan diri sendiri, memikirkan kekayaannya diri dan kroni-kroninya dan tunduk pada oligrakhi. Mari menangkan dan wujudkan perubahan. Kalau bukan kita siapa lagi kalau bukan sekarang kapan lagi. Inshaa Allah kebenaran akan menang dan kemenangan AMIN adalah kemenangan rakyat dan bangsa Indonesia,“ tegas Halim.
Koordinator kegiatan Eko Winardi menyampaikan jika kegiatan ini adalah murni kegiatan rakyat.
“Semua persiapan termasuk kebutuhan kegiatan ditanggung bersama oleh masyarakat dan kami hanya menfasilitasi. Kehadiran timnas AMIN dan Dapur AMIN dalam penyediaan sarapan pagi ditengah-tengah aksi adalah sekedar merespon atas terus tumbuh berkembangnya gerakan rakyat yang ternyata senada dengan perjuangan pasangan AMIN. Plafon kebudayaan kami memfasilitasi agar ketidakpuasan terhadap keadaan dan prilaku penguasa yang buruk tidak sampai menjadi ledakan gerakan rakyat yang bersifat anarkis,” jelas Eko.
Baca Juga: Jimmy Carr, Komedian Legendaris Inggris Gelar Tur Dunia di Jakarta dan Bali
Pada kesempatan yang sama AB Ningrat Indonesia menyerukan pula agar semua pihak untuk menciptakan pemilu bersih jurdil dan bermertabat.
Saat dimintakan tanggapan kepada salah satu peserta aksi, seorang fres-graduate Strata 2 asal Sulawesi Barat, Muhammad Afif Tarjih atau yang poluler dipanggil Divo mengatakan bahwa gerakan perubahan menurut pengamatannya memang semakin meluas tak terbendung termasuk di wilayah Sulawesi dan wilayah-wilayah lainnya.
“Penggunaan kentongan sebagai simbul perubahan sangat tepat karena telah menyatu dengan rakyat kecil. Kentongan adalah simbul perjuangan dan perlawanan rakyat. Rakyat yang tak berdaya dan tak pandai berkata-kata memilih menyampaikan tuntutan perubahan dengan membunyikan kentongan secara masal, dan itu terlihat dalam aksi ini,” pungkas Divo.(*)