Krjogja.com - Bantul - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) termasuk salah satu wilayah dengan risiko bencana yang tinggi, terutama terkait banjir, longsor, dan angin kencang. Dari akhir 2024 hingga awal 2025, tercatat ratusan kejadian tanah longsor, cuaca ekstrem, serta puluhan kejadian banjir yang melanda lima kabupaten/kota di DIY.
Pemerintah daerah pun beberapa kali memperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi sebagai langkah antisipasi atas curah hujan yang masih tinggi. Situasi ini menekankan pentingnya peningkatan kesiapsiagaan dan penguatan upaya mitigasi bencana, baik melalui peran pemerintah maupun keterlibatan aktif masyarakat, agar dampak negatif dari bencana dapat dikurangi secara maksimal.
Sebagai bentuk inovasi berbasis masyarakat, Kalurahan Tirtohargo Bantul meluncurkan Program Gareng Sinau. Program ini dirancang sebagai wadah pembelajaran kreatif dengan mengedepankan filosofi lokal sekaligus penguatan kapasitas masyarakat. Sasarannya mencakup warga kalurahan, kelompok rentan, serta generasi muda, dengan orientasi pada peningkatan kesiapsiagaan bencana dan penanaman nilai inklusivitas.
Baca Juga: Sharia Economic Outlook 2026 Perkuat Kolaborasi Menuju Keuangan Syariah Berkelanjutan
Analis Kebijakan Muda Biro Organisasi Setda DIY, Lu'lu Husnul Muthia, S.E., M.A. menilai Gareng Sinau berperan strategis dalam membantu pemerintah daerah memetakan potensi bencana di tingkat kalurahan dengan mengoptimalkan sumber daya lokal.
"Melalui proses seleksi yang ketat, monitoring triwulanan, dan visitasi lapangan, inovasi ini terbukti berdampak nyata, direplikasi oleh kalurahan lain, dan mendorong penyusunan peta bencana menjadi program wajib bagi wilayah pesisir berisiko tinggi“ ujarnya (30/10/25).
Eko Mulyani, S.Kom.,M.Eng dan Sita Dewirani S.STP., MPA selaku perwakilan Paniradya menyatakan, melalui tim perencanaan dan monitoring, pihaknya berperan memperkuat tata kelola kelembagaan dengan memastikan pelaksanaan program berjalan sesuai prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi, yang difasilitasi melalui dukungan Dana Keistimewaan.
“Kami juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, peningkatan kapasitas SDM, serta penyusunan regulasi lokal untuk menjamin keberlanjutan program” imbuh mereka.
Baca Juga: Penyegaran Terbaru, New Honda Genio Makin Bergaya Retro dan Fashionable
Filosofi Gareng yang melekat pada program ini memiliki makna mendalam yaitu kaki pincang melambangkan kehati-hatian dalam bertindak, tangan patah menggambarkan ikhtiar yang senantiasa disertai tawakal, serta mata juling mengingatkan pada realitas hidup yang kompleks dan tidak selalu sesuai harapan.
Tahun 2025, Gareng Sinau melaksanakan berbagai kegiatan strategis untuk memperkuat ketangguhan masyarakat melalui BKK Inovasi Pelayanan Publik yang didanai menggunakan Dana Keistimewaan.
Kegiatan tersebut meliputi pelatihan inklusivitas dan komunikasi untuk meningkatkan kesadaran terhadap kelompok rentan, pelatihan mitigasi bencana bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Tirtohargo, BPBD Bantul, serta tokoh masyarakat, forum diskusi kelompok (FGD) untuk pemetaan risiko bencana yang menghasilkan peta rawan bencana, peta sebaran kelompok rentan, dan jalur evakuasi. Selain itu, dilakukan pula pelatihan pengelolaan sampah plastik, bimbingan teknis, serta rapat koordinasi.
Penulis : Nurul Tri Yulianti
Universitas amikom
Fakultas Ekonomi dan sosial
