“Festival ini juga sarat makna sosial. Melalui balon bertema Palestina, kita ingin menunjukkan bahwa masyarakat Banyumas peduli terhadap isu-isu global. Kami juga membuka akses pendidikan bagi mahasiswa Palestina lewat program beasiswa Rektor Scholarship,” jelas Prof. Jebul.
Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, yang juga hadir dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan festival. Ia berharap kegiatan semacam ini bisa dikembangkan menjadi agenda tahunan berskala nasional yang melibatkan lebih banyak daerah.
“Event seperti ini tidak harus terpusat di Purwokerto saja. Banyumas ini luas, dan semua wilayah punya potensi luar biasa. Kalau setiap kampus di Banyumas bisa menggelar acara seperti ini saat ulang tahun mereka, saya yakin festival balon udara akan menjadi ikon budaya baru kita,” ujar Bupati Sadewo.
Tak hanya itu, pihaknya juga tengah menggagas kembali dua event besar yang sempat vakum, yaitu Purwokerto Marathon 50K dan Baturaden Trail Marathon sebagai bentuk komitmen pengembangan sektor pariwisata olahraga.
Festival Balon Udara Banyumas kini telah bertransformasi dari sebuah tradisi lokal menjadi ajang berskala besar yang tidak hanya memperkuat identitas budaya daerah, tetapi juga menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi dan solidaritas sosial.
Dukungan pemerintah daerah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat, Banyumas menegaskan dirinya sebagai salah satu pusat kegiatan kreatif dan kolaboratif yang layak diperhitungkan di kancah nasional. (Dri)