Krjogja.com - PURWOKERTO - Kabupaten Banyumas sekali lagi membuktikan diri sebagai jawara inovasi lingkungan.
Tak tanggung-tanggung, daerah yang dipimpin Bupati Sadewo Tri Lastiono ini baru saja didapuk sebagai daerah pertama di Indonesia yang mencicipi kucuran dana segar internasional dari United Nations Capital Development Fund (UNCDF).
Baca Juga: LOOK ALL Ajak Publik Menyimak Kembali Kehidupan Sehari-hari
Dalam program prestisius Seed Grant – Smart Green Asean Cities (SGAC), Banyumas berhasil mengamankan bantuan senilai USD 150.000 (sekitar Rp 2,4 Miliar). Dana hibah ini, menurut Bupati Sadewo, akan difokuskan untuk menguatkan pengelolaan sampah dan lingkungan.
"Kami sangat bangga Banyumas menjadi penerima pertama dana ini. Ini bukan hadiah, tapi pengakuan atas kerja keras kami. Dana ini akan kami manfaatkan sebaik-baiknya," ujar Sadewo dalam acara Launching Program Seed Grant – SGAC, Minggu t (28/9/2025).
Sadewo menegaskan, capaian ini bukanlah kebetulan. Sejak tahun 2018, Banyumas menghadapi "darurat sampah" yang kritis, yakni penanganan selalu terbentur masalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang kerap penuh dan ditutup.
Baca Juga: OJK DIY Perkuat Peran LJK di Tengah Tantangan Ekonomi
Kondisi ini memaksa Pemerintah Kabupaten mencari jalan keluar yang revolusioner.
"Kami bangun ekosistem penanganan sampah 'ala ndeso', dari hulu sampai hilir. Intinya, gotong royong dan kemandirian," jelasnya.
Kunci utama perubahan ini adalah pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola sampah di tingkat desa. Dengan strategi ini, keajaiban finansial pun terjadi:
APBD Saat Ini: Berhasil ditekan menjadi hanya Rp5–Rp10 miliar per tahun.
"Sekarang, sampah yang belum terkelola tinggal 23 persen. Target nasional 2029 zero sampah, kami optimistis bisa tuntas lebih cepat!" tegas Sadewo penuh semangat.
Meskipun sukses besar, Bupati Sadewo mengakui PR besar masih menanti. Banyumas masih membutuhkan tambahan 12 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) lagi, dengan kebutuhan biaya sekitar Rp6 miliar per unit.
Ia juga menyoroti inovasi pemanfaatan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) yang selama ini dipasok ke pabrik semen. Namun, karena kendala pembelian yang tak menentu dari pabrik, Banyumas kini menyiapkan inovasi "Plan B" yang kreatif.
"Untuk mengantisipasi (kendala RDF), kami kembangkan inovasi pengolahan bijih plastik kualitas dua yang bisa dipakai untuk pot bunga. Intinya, sampah harus terus bergerak dan bernilai ekonomi," tutup Sadewo.