Capaian itu akhirnya dilirik Desainer- Desainer ibukota, Li Scarf Irun Maulana mulai banyak tawaran kerjasama, mendapat order pembuatan baju dan diundang di Event Together (E) Summit 2021.
"Itu event yang lebih didominasi anak-anak muda, yang berani bersaing dan bersanding dengan brand-brand tua dan besar dari Rusia bahkan UK," kenangnya.
Tidak silau dengan istilah mendunia atau go international, ia lebih memilih diksi ekspansi, produk Li Scarf bahkan ulai santer diberitakan di media Rusia, bahkan kemudian ditawari ikut pameran dan fashion show di luar negeri.
Baca Juga: Hasil Undian Euro 2024: Spanyol dan Italia di Grup Neraka
Khoirunnisa' mulai menemukan tujuan utamanya, tidak hanya memburu profit tetapi ia mulai menyisipkan syiar Ahlussunnah wal Jama'ah.
"Ikut fashion show atau meramaikan dunia fashion designer juga berangkat dari keresahan sebetulnya, karena di dunia pesantren sendiri, banyak tokoh atau santri yang senang fashion, namun mereka menjadi konsumen dari brand yang kadang dari luar pesantren. Saya berfikir, kenapa ga buat brand sendiri, wong bisa," ucapnya.
Menurutnya, mengajak kaum perempuan muslim untuk berjilbab itu akan lebih efektif jika diawali cara yang moderat dulu.
Baca Juga: Bank Indonesia dan UEA Perangi Pencucian Uang
"Ya, jilbab ala pesantren ya seperti ini, dimulai dari yang simpel dulu, kemudian baru meningkat mengenakan jilbab besar atau jumbo, intinya jangan mendikte orang dengan fashion. Yang benar pakai Syar'i seperti ini, kalau begitu salah dan percuma, kalau sudah begitu jatuhnya malah ga ada yang mau memakai jilbab," selorohnya.
Pada bagian lain disebutkan, bagi perempuan berjilbab kadang yang tidak terbiasa juga males, sementara bagi umat muslim perempuan menjadi sebuah kewajiban untuk menutup aurat dengan jilbab.
"Selain desain dan motif, pemilihan bahan akhirnya menentukan, bagaimana supaya nyaman dan enak dipakai, sebab berjilbab itu memang gerah kalau tidak terbiasa, dan kalau musim hujan kadang kena gerimis basah, nah ini anti air dan tidak bikin pusing, tidak cepat bau dan anti debu juga," katanya.
Baca Juga: Bokek, Manchester United Cuma Bisa Lirik Serhou Guirassy
Disinggung kendala, salah satunya yakni hak cipta dan plagiasi, sebab dunia mode plagiasi itu sudah seperti biasa. Jadi untuk produk yang sekira booming harus sudah ada antisipasinya, kalau tidak pasti akan menjadi obyek plagiasi.
"Terkait kekayaan intelektual produk, saya sudah daftarkan hak karya seninya untuk produk Li Scarf, sebab cukup diubah sedikit sudah beda jatuhnya dan ga masalah. Semisal tulisannya rapat, tinggal direnggangkan sedikit sudah beda, atau diplesetkan," ucapnya.
Menurutnya, dampak plagiasi cukup lumayan, seperti jilbab seharga Rp 165 ribu per PCS di luar sempat saya temukan harganya cuma Rp 20 ribu per PCS, sama persis cuma tidak ada tanda tangannya.