Penuh Emosional, Putri Almarhum Munir Curahkan Ekspresi Lewat Film Animasi Dokumenter

Photo Author
- Jumat, 6 Desember 2019 | 20:51 WIB

PERHATIAN penonton di Amphiteater Taman Budaya Yogyakarta terpaku kepada seorang anak SMA dengan pembawaan tenang dan lugas. Diva Suukyi Larasati (17), putri almarhum Munir Said Thalib yang kini menempuh pendidikan di kelas 12 SMA berhasil menuntaskan pembuatan sebuah film animasi berjudul “Seandainya” di tahun 2019. Film tersebut ditarungkan dalam kompetisi kategori pelajar Festival Film Dokumenter 2019 di Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (03/12/2019). 

Diva Suukyi, cerminan generasi milenial yang berkarya untuk mengekspresikan perasaanya. "Menuntaskan film animasi 'Seandainya' saya mengandaikan sosok ayah saya, Munir Said Thalib, aktivis HAM yang telah pergi ke pangkuan Tuhan pada saat usia saya baru menginjak 2 tahun, tengah mengisi hari-hariku saat ini," ungkapnya.

Menurut Diva Suukyi, orang-orang mungkin berekspetasi bahwa ia harusnya merasa sedih ketika ayahnya dibunuh atau merasa senang karena ayahnya kemudian dianggap sebagai pahlawan. "Tetapi saat ini saya hanya memiliki ekspresi kosong karena saya ditinggal sang ayah saat berumur 2 tahun," jelasnya.

Judul  'Seandainya', dipilih oleh Diva Suukyi karena keinginannya sendiri dan untuk orang-orang sekitar.  Judul itu sebagai gambaran jika Munir Said Thalib bisa hadir kira-kira apa yang ia rasakan. "Pelajari, semuanya akan sempurna seandainya beliau, Munir, aktivis HAM hadir disini menyempurnakan perasaan saya," terangnya lirih.

Dirinya berusaha berekspresi tentang kangen dan cinta yang semula adalah sebuah tanda tanya besar dikepalanya untuk diwujudkan melalui film 'Seandainya'. 

"Meskipun saya harus menemui kesulitan untuk bereskpresi antara saya harus bingung atau marah karena saya ditinggal ayah saat usia 2 tahun. Saya belum dapat membayangkan apa-apa pada saat itu. Saya ingin orang-orang mengetahui bahwasanya saya juga bisa bersuara bahwa kalian mengambil ayahku yang harusnya berperan penting sebagai aktivis HAM," paparnya.

Film dokumentas ini melambangkan apa yang diambil dari keluarga serta, untuk pesan pembunuh Munir. "Saya membuat film dokumentasi ini bagi generasi muda dan generasi orang-orang yang tidak berani untuk advokasi," jelasnya.

Advokasi tidak harus selalu tentang orasi di depan umum tetapi juga melalui simbolisasi seperti film dan awareness lainnya. Film animasi dokumenter sempat membuat dirinya geram lantaran proses pembuatanya sangat susah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lima Fakta Menarik Film Timur untuk Isi Liburan

Rabu, 17 Desember 2025 | 21:45 WIB
X