JAFF Indonesian Screen Awards terdiri dari empat penghargaan, yakni Skenario Terbaik, Sinematografi Terbaik, Penampilan Terbaik, Sutradara Terbaik dan Film Terbaik.
Tahun ini, Skenario Terbaik jatuh kepada “Love for Sale†karya Andibachtiar Yusuf. Sinematografi Terbaik dimenangkan oleh Amalia T.S. untuk “Aruna dan Lidahnya.â€
Reza Rahadian yang berperan di dalam film terbaru Djenar Maesa Ayu dan Kan Lume, “If This is My Story,†memenangkan Penampilan Terbaik. Hanung Bramantyo dianugerahi Sutradara Terbaik untuk karyanya di film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta.â€
Sementara itu, Film Terbaik jatuh kepada “Petualangan Menangkap Petir†karya Kuntz Agus yang bercerita tentang sekelompok anak kecil yang berusaha membuat sebuah film.
Film pendek terbaik yang dipilih oleh murid sekolah film di Yogyakarta jatuh kepada “Grandma's Home†karya Nguyen Hoang Bao Anh dari Vietnam. Film berdurasi 32 menit ini diberi penghargaan Jogja Film Student award.
Malam penghargaan JAFF ditutup dengan penayangan film “Thundenek (Her.Him.The Other)†karya Prasanna Vithanage, Vimukthi Jayasundara dan Asoka Handagama dari Sri Lanka. Film ini bercerita tentang seorang videograger mantan militan Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) dalam perjalanannya ke Selatan untuk mencari seorang perempuan dan juga ujian terkait kepercayaan yang ia anut.
JAFF ke-13 berlangsung selama delapan hari dan berhasil menayangkan 148 film dari berbagai negara di Asia. Festival yang berlangsung di Jogja National Museum, Empire XXI dan Cinemaxx ini mengusung tema “Disruption†dengan harapan dapat membawa para penontonnya kepada sejumlah perspektif baru dan segar terkait identitas orang Asia. (*)