Film Singsot: Siulan Kematian, Jangan Bersiul Saat Senja

Photo Author
- Jumat, 7 Maret 2025 | 21:32 WIB
Sutradara dan pemeran film Singsot: Siulan Kematian.
Sutradara dan pemeran film Singsot: Siulan Kematian.

 

KRjogja.com - TERNYATA film horor sedang mengalami peningkatan. Sejak pandemi, pangsa pasar film horor di box office AS meningkat sekitar dua kali lipat menjadi 10 persen, yang terakhir didorong oleh kesuksesan besar film-film seperti Scream VI dan M3gan. Di Indonesia film horror terus bermunculan, terbaru yang siap menguji nyali penonton adalah film Singsot: Siulan Kematian.

Film Singsot ini besutan sutradara Wahyu Agung Prasetyo. Film ini bakal tayang di bioskop pada 13 Maret 2025. Film ini diadaptasi dari versi pendeknya yang sempat meraih penghargaan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2016.

Dengan durasi lebih panjang, film ini mengeksplorasi mitos Jawa tentang larangan bersiul saat senja. Cerita yang dikembangkan lebih dalam ini menghadirkan ketegangan yang kental dengan nuansa budaya lokal.

Singsot atau yang berarti siulan, berfokus pada kisah seorang bocah bernama Ipung yang tinggal bersama kakek dan neneknya. Sejak kecil, Ipung selalu diperingatkan untuk tidak bersiul saat senja. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, siulan di waktu Magrib diyakini dapat menarik makhluk gaib.

Baca Juga: Telkomsel Siaga 2025 Jadikan Ramadan Terbaikmu

Namun, Ipung mengabaikan larangan itu dan tetap bersiul. Tindakannya memicu serangkaian peristiwa mistis yang mengganggu dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Teror semakin nyata, hingga Ipung harus berpacu dengan waktu untuk menghentikan kutukan yang membayangi hidupnya.

Film ini menghadirkan deretan aktor teater asal Yogyakarta yang semakin memperkuat nuansa lokal dalam ceritanya. Ardhana Jovan berperan sebagai Ipung, karakter utama yang mengalami teror setelah melanggar larangan bersiul saat senja.

Landung Simatupang dan Sri Isworowati memerankan Mbah Lanang dan Mbah Wedok, kakek dan nenek Ipung yang berusaha melindunginya dari ancaman gaib. Selain itu, Teguh Mahesa berperan sebagai Mbah Darmo, dan Fajar Suharno sebagai Mbah Marno, yang turut memperkuat unsur budaya dan mistis dalam film ini.

Kehadiran aktor-aktor yang berasal dari latar belakang budaya yang sama dengan cerita yang diangkat menjadi salah satu daya tarik film ini.

Baca Juga: Trendy dengan Gaya Super Wide dan Super Baggy Hadir Kembali

Bagi sutradara Wahyu Agung Prasetyo, proyek ini menjadi langkah besar dalam kariernya. Setelah sukses dengan Singsot dalam format film pendek, ia merasa tertantang untuk mengembangkan ceritanya ke layar lebar.

"Film ini berasal dari pengalaman saya tumbuh di Jawa, di mana mitos larangan bersiul ini sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Dulu, saya sendiri sering diingatkan orang tua tentang hal ini. Ada alasan budaya yang kuat di baliknya, dan kami ingin menyampaikan itu melalui film ini," ujar Wahyu kepada media, Jumat (7/3/2025).

Versi film pendeknya berdurasi 14 menit, sedangkan film panjangnya berkembang menjadi 75 menit, dengan eksplorasi cerita yang lebih mendalam. Meski dikemas sebagai film horor, Singsot: Siulan Kematian tidak hanya menampilkan kengerian.

Wahyu menegaskan bahwa ada pesan moral yang ingin disampaikan, terutama tentang bagaimana masyarakat menjaga dan menghormati tradisi turun-temurun. "Film ini berbicara tentang kepercayaan yang hidup di masyarakat kita. Banyak orang mungkin menganggapnya sekadar mitos, tetapi di balik itu ada nilai-nilai yang bisa kita pelajari. Ini juga tentang bagaimana orang tua berusaha melindungi anak-anak mereka," tuturnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lima Fakta Menarik Film Timur untuk Isi Liburan

Rabu, 17 Desember 2025 | 21:45 WIB
X