Krjogja.com - YOGYA - Film Indonesia, Gowok Kamasutra Jawa diputar pertama kali di Jogja, Minggu (1/6/2025) malam. Film karya sutradara Hanung Bramantyo yang diproduseri Raam Punjabi ini mengupas profesi Gowok yang muncul di Jawa sejak era terdahulu, dengan mengambil latar era 50 hingga 80-an.
Pemeran-pemeran film ini hadir secara langsung seperti Diajeng Sinta menjadi istri Hardjolukito, Nisa Hertami sebagai Ketua Gerwani, Ellen Martha Panggabean sebagai Ningrum, Lola Amaria sebagai Nyai Santi, Raihaanun sebagai Nyai Ratri dan Alika Jantinia sebagai Ratri muda, termasuk penulis novel Nyai Gowok, Budi Sarjono. Mereka secara langsung menyapa penonton di Studion Empire XXI Jalan Sumoharjo, setelah film berdurasi dua jam tersebut selesai.
Baca Juga: Pilih Pensiun Dini Untuk Menggeluti Bisnis Tanaman Anggrek
Sutradara Hanung Bramantyo, mengungkap bahwa ternyata ada profesi dalam era Jawa dahulu yakni Gowok yang tak pernah diakui karena berada di bawah tangan. Bahwa menurut Hanung, laki-laki harus memahami perempuan tak hanya seperti yang ada dan menjadi budaya selama ini.
"Laki-laki harus tahu mana bagian yang bisa disentuh, tidak boleh disentuh, hanya boleh ketika sudah menjadi muhrim, ini ada. Ternyata bukan hanya budaya patriarki saja, namun laki-laki diajarkan untuk memahami perempuan. Ini diajarkan, bukan oleh orangtua, namun oleh gowok yang merupakan profesi dan ini dilakukan di bawah tangan," ungkapnya.
Hanung mengungkap ada dua versi film yang nantinya akan diputar mulai 5 Juni di seluruh Indonesia yakni 21 plus dan 17 plus. Dua versi ini akan diputar pada jam yang berbeda menyesuaikan aturan bioskop Indonesia.
Baca Juga: Kepengurusan Perpani Karanganyar 2024-2028 Terbentuk, Target Emas untuk 3 Divisi Panahan di Pra Porprov Jateng 2025
"Ada dua versi yang saya edit yakni 21 dan versi Lembaga Sensor Film 17 plus. Saya berharap penonton bisa menonton dua versi ini. Yang 21 ini saya mengedit saja saat itu untuk diputar di Rotterdam Film Festival. Jadi memang berbeda dan saya sedikit kecewa sebenarnya karena yang diputar 17 plusnya," sambung Hanung.
Dalam pemutaran perdana di Jogja, Hanung menyampaikan pesan mendalam yang ingin disampaikan lewat film Gowok Kamasutra Jawa ini. Bahwa menurut dia, perempuan berhak untuk mendapatkan kepuasan secara jasmaniah.
"Orgasme itu adalah hak bagi perempuan. Jangan selalu perempuan dipaksa memuaskan laki-laki. Kultur yang terbangun bahwa perempuan selalu harus memuaskan laki-laki. Padahal, dalam Kamasutra Jawa bahwa laki-laki treat perempuan agar orgasme terlebih dahulu baru laki-laki. Dalam Islam pun menyampaikan demikain, dari Annisa dan Albakoroh. Bahwa laki-laki harus menjadi pemimpin yang bertanggungjawab bagi perempuan. Ini mengapa saya membuat film ini, bahwa bukan untuk maskulinitas sama sekali," tandas Hanung.
Baca Juga: PNM Gelar Aksi Bersih-bersih Bersama 6.000 Karyawan, Dukung Pelestarian Lingkungan Lewat Bank Sampah
Sementara Lola Amaria yang berperan sebagai Nyai Santi, mengaku sedikit banyak harus kembali belajar berperan karena cukup lama berkutat di balik layar. Terlebih, akses dialog Jawa Ngapak membuatnya harus ekstra belajar agar mewujudkan akting sempurna.
"Ya, saya cukup lama tidak main film dan memutuskan berada di belakang layar. Saya mendapat peran luar biasa sebagai penggowok laki-laki muda. Saya diyakinkan Mas Hanung dan akhirnya oke. Dialog ngapak ini menjadi tantangan dan kami semua belajar, sangat luar biasa rasanya film ini bisa diputar," tandasnya.
Hal senada disampaikan Raihaanun sebagai Nyai Ratri, yang menyebut bahwa ada tantangan bagaimana memerankan tokoh sentral saat sudah dewasa. "Tapi bisa berpasangan dengan Mbak Lola lalu Reza Rahardian, tidak ada alasan saya tidak bisa bilang tidak. Ini mengapa saya juga merasakan bangga meluap setelah melihat premier kemarin," pungkas Raihaanun. (Fxh)