Kini telah 50 hektare ditanami kopi, hasilnya telah mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, dari bertani kopi dengan sharing keuntungan.
Sugito mengatakan dari bertanam kopi di lahan Perhutani masyarakat telah meningkat kesejahteraannya. Mengelola kopi menjadi mata pencaharian utama masyarakat.
"Dahulu masyarakat mengandalkan dengan menjadi buruh dan merantau. Kini mengolah kopi," katanya.
Kini, ujarnya kopi di lereng Sindoro wilayah Njumprit telah selesai dipanen, petani sedang mengolah hasil panen menjadi beras kopi (Oce). Sebagian petani menjual hasil panen kopi dan sebagian masih ditahan menunggu harga naik. Harga saat ini masih dibawah Rp 6o ribu per kg.
Dikatakan jenis kopi yang ditanam arabika dan terbaru Yellow Caturra, telah mulai panen tahun ini. Produktivitas kopi termasuk baik yakni 4 hingga 5 kg per pohon.
Atas penghargaan yang diberikan Perhutani, dia mengatakan menjadi penyemangat dirinya dan LMDH dalam pengelolaan hutan.
"Saya sudah tua, generasi muda dalam budidaya kopi di kampung yang akan meneruskannya," tutupnya. (Osy)