KARANGANYAR,KRJOGJA.com - Tersangka kasus diksar maut mapala UII Yogyakarta, M Wahyudi (25) dan Angga Septiawan (27), membantah sengaja menganiaya tiga korban sampai tewas. Mereka berdalih tindakan kekerasan bermaksud baik.
“Engga ada maksud membunuh atau seperti apa yang dituduhkan. Mana ada kakak yang membunuh adiknya,†kata M Wahyudi alias Yudi alias Kresek di hadapan wartawan dalam gelar barang bukti kasus dugaan penganiayaan di Mapolres, Kamis (27/4/2017).
Pemuda ini berkilah semua perbuatan selama diksar di Tlogodringo, Gondosuli, Tawangmangu Januari lalu prosedural. Yudi mengistilahkan tindakan kekerasan itu ‘sentuhan’ demi kebaikan peserta diksar.
“Misalnya kondisi hujan atau cuaca tidak bersahabat, seorang perlu sentuhan,†katanya.
Dicontohkannya saat kondisi Syaits Asyam nyaris tak sadarkan diri ketika bergelantungan di tali rappeling. Ia memberi ‘sentuhan’ supaya Asyam tetap terjaga. Setahu dirinya, kondisi Asyam bisa lebih buruk di bawah guyuran hujan apabila dibiarkan saja.
Tak seperti Yudi yang siap dicecar pertanyaan pewarta, Angga lebih hemat bicara dan memilih menghindari wajahnya disorot kamera. Meski begitu, pemuda bertubuh tambun ini membenarkan pernyataan rekannya.
“Semua yang kami lakukan masih dalam konteks pendidikan. Itu punishment,†katanya.
Sayangnya, pernyataan tersangka di hadapan awak media tersendat. Beberapa kali Yudi akan mengutarakan sesuatu, tiba-tiba tertahan usai Angga menginjak kakinya. Gestur ini seakan kode agar Yudi jangan blak-blakan. Angga juga menyenggol bahu rekannya itu saat awak media menanyakan perlakuan panitia diksar selain keduanya kepada para peserta.