"Ini juga menjadi visi penting bagi UEA, kami berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi ramah lingkungan. PLTS Terapung Cirata menjadi bukti kuatnya kerja sama ekonomi dan hubungan bilateral Indonesia dan UEA," tegas Thani bin Ahmed Al Zeyoudi.
PLTS Terapung Cirata merupakan bentuk riil kerja sama investasi yang baik dua negara. Proyek energi bersih ini menjadi trobosan bagi pendorong ekonomi baru di sektor logistik, pariwisata, manufaktur bahkan sektor pertanian dan ekonomi halal Indonesia dan UEA.
Rektor Institut Teknologi Yogyakarta (ITY) Prof Dr Ir H Chafid Fandeli menyatakan, green technology atau teknologi hijau dan green economy atau ekonomi hijau menjadi tuntutan global yang harus dipenuhi dunia usaha, industri maupun negara. Karena itu, pihaknya sangat mendukung berbagai upaya pengembangan dan pembangunan berkelanjutan berbasis green technology dan green economy.
Hal senada disampaikan Ketua Program Studi Magister Rekayasa Mesin IST AKPRIND Yogyakarta Prof Dr Anak Agung Putu Susastriawan ST MTech. Menurutnya, 95 persen kebutuhan energi di Indonesia masih dipenuhi dari bahan fosil dan baru 5 persen yang dipenuhi dari energi baru terbarukan (EBT). Namun dengan sifatnya yang tidak dapat diperbaharui serta akibat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan, maka perlahan-lahan penggunaan energi fosil harus dikurangi. Salah satu caranya dengan meningkatkan pemanfaatan EBT. Apalagi Dewan Energi Nasional merumuskan bahwa bauran EBT ditargetkan sebesar 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050. (M Nur Hasan)