Falsafah Tiong Hua Identik Wasathiyah

Photo Author
- Kamis, 2 Juni 2022 | 13:30 WIB

ADA persinggungan atau peririsan antara Konsep Tiong Hua dari Peradaban China dan Wasathiyah dalam Islam. Tiong Hua adalah falsafah yang berasal dari kata Tiong berarti jalan tengah dan Hua mengandung arti kerja sama ddan kemakmuran. Sementara Wasathiyah dalam watak ajaran Islam dan umat islam dijadikan Allah sebagai ummatan wasathan atau umat jalan tengah. Karenanya Wasathiyah menolak segala bentuk ekstrimisme yang menampilkan perilaku melampaui batas.

Hal tersebut diungkap Pendiri Chengho Multicultural and Education Trust, Malaysia Tan Sri Lee Kim Yew dan Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Jakarta Din Syamsuddin dalam dialog dengan tema ‘Tiong Hua Media Dialogue & Hari Raya Aidilfitri Celebration’ di Mines Beach Hotel Kualalumpur, Rabu (1/6/2022). Selain keduanya, dialog juga menghadirkan narasumber Ketua Pertubuhan Alkhadeem Kuala Lumpur Tuan Sheikh Hussain Lee, Pengarah Tiong Hua Foundation Dato' Shamsul Najmi bin Shamsuddin dengan moderator Dato' Mohd Zaini bin Hassan, Pendiri BebasNews.my Malaysia.

Menurutnya, Tiong Hua (yang di Indonesia disebut Tionghoa) adalah sebuah falsafah, bukan nama kaum atau golongan. Menurutnya, falsafah ini terdiri dari dua kata yakni Tiong yang berarti jalan tengah, dan Hua yang mengandung arti kerja sama dan kemakmuran. “Secara ringkas, Tiong Hua berarti jalan tengah untuk kemakmuran bersama,” tambahnya.

Sebagai falsafah, menurut Lee Kim Yew yang seorang pengusaha dan pemerhati masalah keagamaan dan peradaban, Tiong Hua berasal dari Ajaran Konghucu. Kata China atau Cina datang belakangan dan lebih merupakan penamaan terhadap sebuah negara atau bangsa.

Falsafah Tiong Hua bisa dilekatkan kepada China tapi juga dinisbatkan kepada orang lain asalkan menghayati dan mengamalkan falsafah tersebut. Falsafah Tiong Hua menurunkan sepuluh nilai kebaikan atau keutamaan, di antaranya kejujuran, loyalitas, dan rasa malu (terhadap keburukan), dan perhatian kepada keluarga.

Sementara Ketua CDCC Jakarta yang juga tokoh Muhammadiyah M Din Syamsuddin, menjelaskan Wawasan Wasathiyah Islam. Din dalam presentasinya menjelaskan bahwa wasathiyah adalah watak ajaran Islam dan umat Islam dijadikan Allah SWT sebagai Ummatan Wasathan (Umat Jalan Tengah).

“Karenanya wasathiyah menolak segala bentuk ekstrimisme yang menampilkan perilaku melampaui batas,” tandas Din yang juga memprakarsai dan mengetuai gerakan baru yaitu World Fulcrum of Wasathiyat Islam (Poros Dunia Wasathiyat Islam).

Selain menolak ektrimisme, wasathiyah pada saat yang sama juga menentang segala bentuk egosentrisme baik keagamaan, kebangsaan, dan pengelompokan sosial-budaya serta politik. Menurut Din Syamsuddin, ada tujuh kriteria Wasathiyat Islam, yaitu i'tidal (berlaku adil dan menegakkan keadilan), tawazun (keseimbangan), tasamuh (toleransi). Selanjutnya syura (bermusyawarah), ishlah (melakukan perbaikan dan perdamaian), qudwah (melakukan prakarsa perbaikan), dan muwathanah (kewargaan yakni menerima dan membangun negara).

“Dengan penjelasan mengenai falsafah Tiong Hua berarti falsafah itu beririsan dan sejalan dengan Wasathiyat Islam,” katanya.

Maka, menurutn Ketua Poros Dunia Wasathiyat Islam itu, kedua pandangan dunia tersebut dapat diarusutamakan sebagai dasar solusi bagi adanya peradaban baru yang damai, sejahtera, adil, makmur, dan beradab.

Karenanya keduanya bahwa kedua falsafah/wawasan baik wasathiyah dan Tiong Hua, menjadi tema The 8th World Peace Forum (Forum Perdamaian Dunia Ke-8) yang akan diselenggarakan Nopember 2022 mendaang di Solo. Forum akan menghadirkan sekitar 100 tokoh agama dan cendekiawan dari berbagai negara ini diharapkan dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi Universitas Muhamamdiyah Surakarta atau Panitia Muktamar Muhammadiyah sebagai mitra.

World Peace Forum, kerja sama antara CDCC pimpinan Din Syamsuddin dan Chengho Multicultural and Education Trust pimpinan Tan Sri Lee Kim Yew, telah berlangsung sebagai forum dwi tahunan sejak 2006. Dengan mengambil tema besar one humanity, one destiny, one responsibility (satu kemanusiaan, satu tujuan, satu tanggung jawab). (Fsy)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X