Lestarikan Budaya, Tari Lengger Tapeng Bakal Digelar Reguler

Photo Author
- Kamis, 8 April 2021 | 14:06 WIB
IMG-20210406-WA0023
IMG-20210406-WA0023

TERKENAL dengan pemandangan alamnya yang indah dan dikelilingi hamparan hijau kebun teh, Desa wisata Nglinggo Pagerharjo Samigaluh Kulonprogo menyimpan sejuta pesona alam dan budaya leluhurnya. Salah satunya Tari Lengger Tapeng, tarian langka ini sudah ada sejak tahun 1915 dan kini telah memasuki generasi atau pewaris keempat.

Lengger Tapeng berasal dari kata Lengger yang berarti seni pertunjukan atau tarian rakyat dan Tapeng diambil dari kata topeng. Tarian ini tidak hanya semata-mata sebagai seni hiburan saja, namun sarat dengan sifat keagamaan. Pada awalnya Lengger Tapeng dikenalkan kepada masyarakat setempat sebagai sarana penyebaran agama Islam. Seiring perkembangan jaman, Lengger Tapeng juga sebagai penebus nadar bagi masyarakat Nglinggo yang mempunyai hajat atau dikenal dengan istilah Nawung Gati. Tarian langka ini dibawakan oleh penari perempuan dengan menggunakan kostum kemben dan penari laki-laki yang menggunakan topeng.

Kesenian ini disebut langka karena hanya dipentaskan di saat-saat tertentu termasuk salah satunya dalam acara kaul/hajatan dan biasanya digelar pada malam hari. Karena durasi tariannya panjang bisa memakan waktu hingga semalam suntuk. Namun kini durasinya lebih menyesuaikan dan tidak menutup kemungkinan dipentaskan pada saat pagi hari atau siang hari.

Bertujuan melestarikan kebudayaan sekaligus mendorong pariwisata di daerah Nglinggo, kelompok pemuda pegiat wisata dusun Nglinggo menggelar pentas seni Lengger Tapeng yang digelar di tengah kebun teh pada minggu (04/04) pukul 08.00 WIB.

Ditemui krjogja.com seusai acara, Ketua Pengelola Wisata Nglinggo Anton Nugroho mengungkapkan antusias warga sangat tinggi,”karena jarang ada pementasan semacam ini dan biasanya digelar pada saat Saparan. Mereka sangat support dan bahu membahu agar acaranya berjalan lancar, mulai dari arak-arakan tumpeng hingga pementasan,” ujarnya.

“Kedepannya kesenian ini bakal digelar secara rutin, kita agendakan setiap satu bulan sekali di minggu keempat atau kelima, dan tentu saja dengan menerapkan prokes,”imbuh Anton.

Tarian ini dibawakan oleh penduduk asli setempat, mulai dari remaja hingga dewasa. Dengan menghidupkan kembali kesenian rakyat ini diharapkan mampu menjadi magnet bagi wisatawan sehingga memberi dampak positif bagi pariwisata dan ekonomi masyarakat. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X