Nih Uniknya, Nabuh Bareng 73 Perangkat Gamelan di Solo

Photo Author
- Jumat, 10 Agustus 2018 | 05:10 WIB

NABUH bareng 73 perangkat gamelan dengan melibatkan tak kurang dari 900 pengrawit, menyiratkan keagungan musik khas Jawa itu, kendati para penabuh tergolong amatir, sebagian berasal dari kalangan pelajar, dan sebagian lain kelompok karawitan di kampung-kampung. Begitu Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo bersama Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, menabuh kendang dan kenong sebagai tengara konser dimulai, puluhan konduktor yang tersebar di sejumlah titik serempak memberi aba-aba kepada masing-masing grup karawitan memainkan tiga komposisi besutan Gunarto Gondrong, Agus Prasetyo, serta Bambang Sosodoro secara bergelombang.

Teknis permainan 73 grup karawitan yang berjajar di sepanjang city walk dari Plasa Sriwedari hingga Nonongan, jelas Garin Nugroho, Art Director International Gamelan Festival (IGF), menjawab wartawan, di sela konser, Kamis (9/8/2018), menyerupai aliran air yang bergelombang. Ketika satu grup karawitan memainkan komposisi 1, grup di sebelah memainkan komposisi 2, dan grup berikutnya lagi memainkan komposisi 3.

Berikutnya, ketika satu grup telah merampungkan komposisi 1 beralih ke komposisi dua, dan grup sebelah yang semula memainkan komposisi 2  berganti memainkan komposisi 3, dan kelompok di sebelahnya lagi bergeser memainkan dari komposisi ke komposisi 1. Begitu seterusnya saling bersahutan dan bergantian, dengan panduan puluhan konduktor, namun menyiratkan kepepalan sebuah garap musik gamelan. Peran konduktor dalam hal ini sangat vital, dan ini menjadi pembeda konser gamelan pada umumnya.

Tiga komposisi yang dimainkan, tambah Garin, memang didesain memiliki keterkaitan irama, sehingga ketika dua atau tiga grup karawitan memainkan komposisi berbeda dalam waktu bersamaan, tercipta sebuah harmoni musik yang saling mengisi. "Ketiga komposisi itu sebenarnya sangat sederhana dan mudah dimainkan," ujarnya sembari berdalih sebab 73 grup karawitan yang terlibat dalam konser massal dalam kaitan IGF yang akan berlangsung 9 - 16 Agustus ini, tergolong amatir, bahkan beberapa grup ibarat pepatah hidup enggan mati pun tak mau.

Pelibatan kelompok karawitan amatir dalam perhelatan dalam kemasan internasional ini, menurut Garin sebagai upaya membangun kembali tradisi gamelan yang mulai ditinggalkan komuntas pendukungnya. Terlebih event IGF yang diikuti 19 grup karawitan dari berbagai negara, diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Thailand, Australia, dan sebagainya serta 47 kelompok karawitan terkurasi dari berbagai daerah di Indonesia, sebagai peristiwa mudik kultural. Artinya, pelaku musik gamelan yang telah mengembara di berbagai belahan dunia, kembali ke Solo yang disebutnya sebagai kampung halaman gamelan.

Gelaran musik gamelan selama enam hari, dijadwalkan terpusat di Beteng Vasternburg dan Plasa Balaikota, sedangkan aneka kegiatan pendukung seperti konferensi, pemutaran film, pameran, anjangsana, sebagai bentuk peziarahan kultural di langsungkan di sejumlah titik antara lain ISI Solo dan Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT). Peristiwa kesenian ini, menurut Garin, juga ditandai dengan kelahiran sebuah grup orkestra gamelan yang diproyeksikan mampu sejajar dengana grup orkestra musik klasik ataupun modern di manca negara.(Hut)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X