Ini Dia Pusat Pembelajaran Umat Budha Tionghoa di Tanjungpinang

Photo Author
- Rabu, 15 November 2017 | 07:34 WIB

TANJUNGPINANG, KRJOGJA.com - 'Tidak akan keluar dari neraka sebelum semua penghuninya kosong'. Setidaknya itulah yang menjadi inti dari Wihara Seribu Patung di Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau yang berada di Jalan Asia-Afrika Tangjungpinang Kepri. Wihara ini memiliki nama lain Vihara Ksitigarbha Bodhisattva atau Penjaga Neraka. Diresmikan Gubernur Provinsi Kepualan Riau aDr H Nurdin Basirun SSos MSi pada 10 Februari 2017.

Secara khusus, KRJOGJA.com yang mengikuti rombongan Travel Heritage Dinas Kebudayaan DIY di Tanjungpinang, 14-17 November 2017 berkesempatan mengunjungi tempat spesial tersebut. Menurut staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, Ali Imron, yang memandu rombongan Travel Heritage, tempat yang dibangun di atas bukit tersebut diharapkan menjadi tempat pembelajaran budaya Tiongkok di Tanjungpinang, khususnya bagi umat Budha. Mulai dibangun sekitar dua tahun silam dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia dan Tiongkok.

"Meski secara umum Tanjungpinang Kepri diasebut Bunda Melayu dan mayoritas muslim, tapi kami bisa berdampingan. Banyak warga Tionghoa di Tanjungpinang ini," ucap Ali Imron yang akrab disapa Roni.

Menurut Roni, wihara tersebut juga banyak dikunjungi warga Tiongkok karena bandara Raja Haji Fisabilillah Tangjungpinang memiliki penerbangan khusus ke Negeri Tirai Bambu tersebut. "Yang lebih spesial, semua patung di area wihara ini didatangkan dari Tiongkok melalui jalur laut. Datang secara terpisah tapi dirangkai di sini," imbuhnya.

Spesial lagi karena ada patung-patung Lohan yang asli pahatan tangan berjejer rapi di salah satu sudut Wihara Penjaga Neraka. Dijelaskan Roni, Lohan ini dipercaya tingkatannya di atas manusia tapi masih di bawah dewa.

Terpisah, plt Wakil Kepala Dinas Kebudayaan DIY Singgih Raharjo mengatakan Travel Heritage sebagai upaya penting membangun kemitraan dalam pelestarian cagar budaya. Terlebih Riau juga dikenal memiliki akar sejarah kerajaan seperti halnya di Yogyakarta. (Feb)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X