LEMBAGA pendidikan formal seni seperti, SMKI, ISI dan ISBI terus melahirkan banyak seniman yang tersebar di masyarakat. Namun sayang, wadah unjuk karya bagi seniman formal tersebut sangat terbatas. Berbagai festival di Indonesia belum dapat menampung karya kreator muda yang jumlahnya terus meningkat.
"Ketimpangan antara jumlah praktisi seni dan ketersediaan ruang unjuk karya menimbulkan permasalahan, seperti tidak tersalurkan ekspresi seni, hilangnya gairah berkarya, hilangnya kepercayaan hidup sebagai seniman dan sebagainya. Kurangnya wadah unjuk karya juga berdampak pada minimnya informasi tentang kiprah seniman lulusan pendidikan seni akademik. Karena itu perlu diatasi, salah satunya dengan penciptaan 'Jogja International Arts Festival (JIAF)'," tutur Ketua Penelitian Penciptaan JIAF, Dr Miroto kepada KRJOGJA.com, Rabu (25/10/2017).
Ditambahkan Miroto, JIAF diharapkan sebagai forum kreatif, ajang eksistensi seni dan ruang silaturahmi budaya berbasis lokalitas daerah yang menyelenggarakan kegiatan seni, baik pertunjukan, rupa dan media rekam. Gagasan penciptaan festival internasional ini merupakan bagian dari respon jaman informasi, yakni era keterbukaan pergaulan antar manusia sehingga menjadi internasional merupakan hal yang lumrah.
Penyelenggaraan JIAF ini rencananya selama 3 tahun, dimulai pada 2017. Pada penyelenggaraan tahun pertama, difokuskan pembangunan stakeholder internal dengan mengutamakan pembangunan sumberdaya manusia pekerja festival. Pada tahun kedua, festival mengembangkan faktor eksternal yang mencakup dukungan pada tingkat nasional. Sedangkan pada tahun ketiga, pembangunan stakeholders internasional.
"Setelah tahun ketiga, JIAF diharapkan dapat tetap diselenggarakan secara mandiri dengan dukungan stakeholder lokal, nasional dan internasional," lanjutnya. Â
Pada tahun pertama ini, rencananya JIAF akan digelar di ISI Yogyakarta, Kamis (26/10/2017). Sejumlah kegiatan siap digelar, seperti Seminar, Workshop, Penayangan film, Eksperimental Arts dan Pertunjukan JIAF-2017. Melibatkan ratusan pelaku seni dengan menampilkan 19 karya seni rupa, pertunjukan dan media rekam oleh seniman dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kamboja, Vietnam, Inggris, Spanyol, Kosta Rika, Yunani, Thailand, Belanda dan Amerika Serikat.
Penelitian penciptaan JIAF sendiri menggunakan metode riset artistik yang menghasilkan karya festival dan karya ilmiah berbentuk artikel, buku ajar dan laporan. JIAF mengeksplorasi berbagai kegiatan kesenian mencakup bidang seni pertunjukan, seni rupa, seni media rekam dan digital arts. (Feb)