PAMERAN seni rupa pawukon (penanggalan Jawa) bertajuk ‘Giling Wesi’ karya perupa Yogyakarta Subandi Giyanto, memajang sebanyak 88 lukisan.
Pameran seni rupa tunggal hasil kreasi Subandi Giyanto yang melukiskan tentang tokoh wayang yang mencerminkan nuansa tradisi Jawa, digelar di Bentara Budaya Yogyakarta Jalan Suroto 2, Kotabaru Yogyakarta, dibuka oleh budayawan Dr Sindhunata, Jumat (3/11) malam, dihadiri lintas seniman Yogya dan pecinta seni rupa. Pameran masih berlangsung hingga Kamis (9/11) malam, terbuka untuk umum.
Lukisan yang dipajang diantaranya berjudul ‘Kayon’ (wayang gunungan), ‘Meraih Rembuan’, ‘Purnama di Atasmu’, ‘Pawukon Beber’, ‘Petruk Naik Gajah’, ‘Taman Sari’ dan karya lukisan lainnya.
Dr Sindhunata mengatakan, pameran lukisan tentang Pawukon (penanggalan Jawa) bisa mengingatkan istilah Jawa <I>aja nggege mangsa<P>, maksudnya kalau belum waktunya jangan memaksa karena semua hasil pencapaian yang diperoleh melalui proses. Persoalannya sekarang ini, dalam kehidupan kita kebanyakan instan tidak melalui proses waktu.
“Ketika melihat pameran lukisan Giling Wesi mengenai pawukon, bisa menemukan gambaran soal makna penanggalan Jawa yang diekspresikan karya rupa artistik,” papar Sindhunata.
Baca Juga: 9 Pekan Tak Pernah Menang, PSS Bakal Datangkan 2 pemain Asing Baru
Subandi Giyanto mengungkapkan, pameran bertema ‘Giling Wesi’ salah satu upaya untuk mengenalkan kepada generasi muda mengenai soal pawukon (penanggalan Jawa) ini, menggambarkan karya seni rupa tradisi warisan leluhur yang sarat pitutur dan simbol-simbol makna yang perlu dimengerti.
“Saya menyiapkan pameran tunggal memajang 88 karya seni rupa, melewati proses panjang. Ada sebagian karya lukisan tahun 2013, namun tetap sesuai dengan tema pawukon. Saya senang, selama pameran berlangsung diapresiasi pecinta seni rupa, para pelajar Yogyakarta dan mahasiswa ISI Yogyakarta. Sehingga, pameran lukisan soal pawukon ini, mendapat apresiasi dari generasi muda,” kata Subandi. (Khocil Birawa)