KRjogja.com - YOGYA - Akademisi yang juga seorang pakar kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Aprinus Salam secara tegas menolak adanya penetapan Hari Kebudayaan Nasional. Ia mengaku tidak setuju dengan penetapan keberadaan Hari Kebudayaan Nasional tersebut.
"Saya tidak pernah setuju kalau ada Hari Kebudayaan Nasional. Setiap hari adalah hari kebudayaan," ujarnya beberapa waktu lalu.
Adanya satu hari khusus untuk merayakan kebudayaan menurutnya akan mereduksi makna kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan bukan sekadar perayaan atau seremoni tahunan, melainkan sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Baca Juga: Antisipasi Karhutla, BPBD Sukoharjo Rajin Patroli Perbukitan Kering
"Kenapa kebudayaan harus diisolasi menjadi satu momen tertentu? Seolah-olah hari-hari lain tidak penting. Padahal, kebudayaan itu hidup setiap hari dalam praktik, dalam hubungan antarmanusia, dalam penghargaan dan penghormatan," tegasnya soal Hari Kebudayaan Nasional.
Aprinus mengkritik keberadaan hari kebudayaan nasional, yang akan membuat masyarakat hanya akan fokus mempersiapkan perayaan di satu hari tertentu. Ia khawatir hal ini akan menjebak publik dalam ritual tahunan yang justru mengabaikan pentingnya menerapkan nilai-nilai kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Selama Ops Patuh Candi 2025, Polres Purbalingga Catat 3.369 Pelanggaran Lalu Lintas
"Orang nanti hanya berkonsentrasi memperingati Hari Kebudayaan tanggal 17 Oktober. Seolah-olah hari-hari lain bukan hari kebudayaan," ujarnya.
Menurutnya kebudayaan seharusnya tidak diperingati namun dihidupi. Artinya, semangat kebudayaan tidak membutuhkan seremoni, melainkan praktik nyata yang berkelanjutan dan kontekstual dalam kehidupan bermasyarakat. Ia pun menegaskan jika ia menolak adanya Hari Kebudayaan Nasional.(*)