'Wahyu Katentreman', Sarana Warga Nglebak Tawangmangu Merajut Kebersamaan dan Lestarikan Tradisi Luhur

Photo Author
- Kamis, 18 September 2025 | 12:50 WIB
Lakon wahyu tumurun olrh ki dalang Pandhu (foto:Abdul Alim)
Lakon wahyu tumurun olrh ki dalang Pandhu (foto:Abdul Alim)

Krjogja.com - KARANGANYAR – Suasana syahdu nan khidmat menyelimuti Gedung Serbaguna YURO di Dusun Ngreso, Desa Nglebak, Tawangmangu, pada Rabu malam (17/9/2025).

Gema alunan gamelan berpadu dengan antusiasme warga yang berkumpul, bukan sekadar untuk sebuah tontonan, melainkan untuk merayakan warisan, rasa syukur, dan kebersamaan dalam pagelaran wayang kulit.

Baca Juga: Kandang Terbakar, Ribuan Ekor Ayam Mati Terpanggang

Acara yang merupakan puncak dari rangkaian tradisi Bersih Dusun ini menjadi bukti nyata bahwa seni tradisi masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Di tengah arus modernisasi, warga Nglebak memilih untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur melalui pertunjukan wayang kulit semalam suntuk yang sarat makna.

Pagelaran ini terasa lebih istimewa karena digelar sebagai wujud tasyakuran atau rasa syukur atas berkah yang diterima dusun, sekaligus untuk menyambut datangnya Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H. Sebuah perpaduan harmonis antara tradisi budaya Jawa dan spiritualitas Islam yang mengakar kuat.

Dalang kondang asal Yogyakarta, Ki Pandhu, S.Sn., dengan piawai memainkan lakon “Wahyu Katentreman”. Pilihan lakon ini bukanlah tanpa alasan.

Baca Juga: Raih Prestasi Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 995 Siswa Atlet DIY Dapat Penghargaan 'Bonus' dari Pemda

“Wahyu Katentreman” yang berarti “Wahyu Kedamaian dan Ketenangan” menjadi cerminan doa dan harapan seluruh warga agar dusun mereka senantiasa dilimpahi ketenteraman, kedamaian, dan kesejahteraan.

Bupati Karanganyar, Rober Christanto yang turut hadir di tengah-tengah warga, memberikan apresiasi mendalam. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan kebanggaannya terhadap semangat masyarakat Nglebak yang tak kenal lelah merawat tradisi.

“Kegiatan seperti ini adalah wujud nyata kekayaan budaya kita. Ini bukan hanya tontonan, tetapi juga tuntunan. Di dalamnya ada nilai gotong royong, kebersamaan, dan spiritualitas yang harus terus kita jaga dan wariskan kepada generasi penerus,” ujar Bupati Rober.

Ia juga menekankan betapa pentingnya menjadikan kegiatan budaya sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan kekompakan warga, terutama saat dihubungkan dengan momentum keagamaan yang memperkuat nilai-nilai kebaikan.

Kehadiran ratusan warga dari Desa Nglebak dan sekitarnya yang memadati lokasi hingga larut malam menjadi penegas bahwa wayang kulit bukan sekadar seni pertunjukan usang.

Bagi mereka, ini adalah ruang komunal untuk bertemu, berbagi cerita, dan menguatkan kembali ikatan sosial. Semangat gotong royong terlihat jelas dari persiapan hingga pelaksanaan acara, di mana setiap warga bahu-membahu demi kesuksesan hajatan bersama ini.

Pagelaran wayang kulit di Dusun Ngreso menjadi sebuah potret indah tentang bagaimana sebuah komunitas mampu menjaga identitas dan kearifan lokalnya. Di balik bayangan para tokoh pewayangan di kelir, tersimpan harapan besar akan lahirnya "Wahyu Katentreman" yang sesungguhnya dalam kehidupan bermasyarakat. (Lim)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X