Krjogja.com - YOGYA - Di bidang seni tari, seniman - budayawan Bagong Kussudiardja (alm) selalu mengatakan, yang mendasari kreativitasnya adalah tari Jawa gaya Yogyakarta. Tetapi, tariannya adalah tarian Indonesia karena sumber-sumber koreografinya dari seluruh etnik yang ada di Nusantara.
Ucapan itu kembali disampaikan Butet Kartaredjasa, salah satu anaknya, di depan Senisono, kawasan titik nol kilometer Kota Yogyakarta, Minggu (9/10/2022). Pagi itu tengah dilakukan menari bersama atau flashmob Tari 'Yapong' karya Bagong untuk memperingati hari lahirnya, 9 Oktober 1928.
"Jadi yang mengalir pada darah kreatif Pak Bagong adalah darah kemajemukan Indonesia," kata Butet di hadapan massa yang ikut menari.
Pagi itu, lebih dari 100 orang ikut menari membawakan tarian karya Bagong yang sangat populer itu. Dari rencana cuma 'Yapong', karena antusiasme massa akhirnya juga membawakan Tari 'Rara Ngigel', 'Gembira', dan 'Kebyar'. Memang tidak semua penari yang membawakan dengan luwes karena pernah belajar di Pusat Latihan Tari (PLT) maupun Padepokan Seni Bagong Kussudiardja atau sanggar lain, tetapi sebagian juga warga yang lewat dan bergabung secara spontan.
Selain Butet, anak Bagong yang hadir dan ikut menari yakni Elia Gupita dan Purbasari Ayuwangi. Hadir pula Didik Nini Thowok, murid Bagong yang memiliki ide menggelar acara ini.
Dari beberapa yang dibawakan, 'Yapong' sempat diulang tiga kali karena sangat disukai dan begitu populer. Tarian tersebut bersumber dari etnik Betawi. Sehingga sesuai yang dikatakan Butet tentang sumber-sumber koreografinya dari seluruh etnik Nusantara.
Digelarnya acara ini diilhami rencana digelarnya acara 'Tanda Cinta untuk Pak Bagong, Maestro Seni Pendukung Keberagaman Negeri' oleh Komunitas Bakul Budaya atau Bareng-bareng Kumpul di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia di kampus tersebut, Depok, Jawa Barat, sehari sebelumnya. (Ewp)