seni-budaya

Serat Keramat Suryorojo Terancam Punah, Trah HB II Gandeng Magaradhwaja Gagas Pusat Studi Naskah Kuno

Selasa, 21 September 2021 | 15:10 WIB

JAKARTA, KRJOGJA.com - Naskah Jawa Kuno klasik di abad 16 -18 merupakan salah satu aset nasional yang berisi tentang pengetahuan budaya nenek moyang masyarakat lokal. Hingga saat ini penelitian dan informasi tentang naskah kuno itu sendiri masih rendah karena kurangnya orang yang berkecimpung dalam hal ini.

Keberadaan naskah - naskah kuno saat ini tersebar di masyarakat, museum-museum, maupun perpustakaan nasional. Namun saat ini kondisi dari naskah naskah jawa kuno klasik yang tersebar di masyarakat dalam keadaan rusak dan tidak terpelihara dengan baik. Banyak naskah naskah jawa kuno klasik di Indonesia yang saat ini masih banyak yang belum diketahui lokasi pastinya. Beberapa bahkan berada di negara lain seperti Belanda, Perancis, Jepang, dan Inggris.

“Iya di Belanda juga ada tapi bentuknya bukan naskah kuno, di sana lebih ke klasik. Kalau yang kuno itu ada di London, dan belum diteliti. Salah satunya Kanjeng Kyai Serat Suryorojo digubah Sultan Hamengkubuwana II yang memaparkan masalah Pedoman Kenegaraan untuk Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang diuraikan dalam bentuk naratif vīracarita,” ujar Fajar Bagoes Poetranto Trah Sultan Hamengkubuwono II dalam keterangan persnya,  Selasa (21/9/2021). Bagoes berencana mengandeng Rumah Studi Jawa Makaradhwaja mengembangkan Pusat Skriptorium naskah naskah klasik kuno dari abad 16 sampai dengan abad 18 rencana pembelajaran akan digelar secara umum dalam waktu dekat.

Sementara itu, Ahli Filologi UGM, KRT Manu J Widyaseputra, mengatakan naskah-naskah yang akan dipelajari dan diterjemahkan antara lain Serat Keramat Kanjeng Kyai Suryorojo, Babad Sepei, Babad Segaluh. Babad Sengkala, Babad Giyanti Brangtakusuman, Serat Arjunawijaya, Serat Ramabadra Jawi, Serat Beksan Menak Mangkarawaten, Serat Srimpi Jemparingan, Babad Sengkala, Serat Bedhaya Tunjung Anom, Serat Arjunawijaya, Serat Ramabadra Jawi, Serat Beksan Menak Mangkarawaten, Serat Srimpi Jemparingan.

"Ada Babad Giyanti Brangtakusuman,Serat Menak Brangta,Serat Ménak Rengganis, Serat Menak Ganggamina-Ganggamurti," ujar Manu yang juga pendiri Rumah Studi Jawa Makaradhvaja ini.

Menurut Manu, peminat untuk baca dan mengerti naskah kuno itu banyak dari luar negeri. Seperti naskah kuno di museum di Belanda dan Inggris yang dipamerkan tanpa mengerti isinya. "Jepang mau belajar baca dan menterjemahkan naskah naskah kuno, tapi mereka bingung kemana belajarnya," pungkasnya. (Ati)

Tags

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB