YOGYA, KRJOGJA.com - Sastra - bahasa Jawa kini berkembang. Apalagi adanya Undang-Undang Keistimewaan (UUK) mendapatkan dukungan setiap tahunnya untuk meningkatkan publikasi dan penerbitan karya. "Bahasa dan sastra Jawa kian berkembang dan terus maju. Khususnya penggurit atau pembuat puisi Jawa dan pembaca puisi Jawa bermunculan penggurit baru," ujar Akhir Lusono SSn MM, Ketua Lembaga Seni, Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Senin (07/06/2021).
Menurut Akhir Lusono, penggurit dan pembuat cerkak (cerpen Jawa) punya komunitas di WA Paramarta. Sekarang banyak karya-karya penggurit dan penulus cerkak dipublikasikan di media cetak dan online. "Ruang ekspresi sangat banyak. Semakin maju dan berkembang," kata Kaprodi Seni Broadcasting dan Film Balai Besar Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni-Budaya DIY.
Soal animo anak muda, khusus membuat - pembaca geguritan, minatnya masih sangat besar. Hal ini bisa dilacak saat diadakan sayembara tingkat SD, SMP, SMA dan umum. Dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Meski demikian, regenerasi sastra Jawa perlu pembinaan berkelanjutan. Selain itu, perlu disosialisasikan geguritan ke semua lapisan masyarakat.
Bagi Akhir Lusono bergelut dengan bahasa dan Sastra Jawa sudah 20 tahun lebih, termasuk dalam berteater. Sudah memiliki 5 buku tunggal, karya geguritan, cerkak dan esai. Akhir Lusono selaku penggurit pernah mendapat penghargaan dari MURI, Balai Bahasa DIY, termasuk penghargaan dari Presiden Joko Widido.
Belum lama ini, Akhir Lusono membaca geguritan di jalanan bertema Sumbu Imajiner. Membaca geguritan dimulai dari Lereng Gunung Merapi, Tugu Yogya, Kraton Yogyakarta berakhir di Pantai Parangkusumo - Parangtritis. "Itu untuk menandai umur saya 50 tahun," ucap mahasiswa S3 Management Sumber Daya Manusia UII Yogyakarta.
Diakui Akhir Lusono, meski jadi PNS tetap saja ingin berkiprah di bahasa, sastra dan teater. "Saya terus gelisah ingin tetap berkarya di sastra Jawa, Sastra Indonesia dan teater." tandasnya. (Jay)