PADUAN gerak tari beberapa daerah ditampilkan oleh 65 orang guru dan karyawan SMPN 15 Yogyakarta untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-26 sekolah tersebut. Koreografer atau penata tari guru Seni Budaya Ani Rahmawati SPd.
"Makna gerak dalam tari tersebut adalah mencegah penularan Covid-19. Gerakan berpijak pada tari daerah Bali, Kalimantan, Sumatera dan Jawa, " kata Ani Rahmawati di SMPN 15 Yogyakarta, Kamis (8/10).Tari kolosal yang berpijak pada gerak tari Nusantara itu menurut Ani merupakan tari kolosal karyanya yang ketujuh. Pementasan tari 'Nyawiji Nagariku' pada puncak acara HUT ke-26 SMPN 15 Yogyakarta, Senin (5/10). Sedangkan pada HUT ke-25 SMPN 15, tahun 2019, Ani menggarap drama tari berdasar naskah tulisan Warisman berjudul 'Manuk Emprit lan Sega Pulen'.
Dalam tari kolosal 'Nyawiji Nagariku' itu ada gerakan yang maknanya mulai dari cuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Tari itu sendiri menurut Ani merupakan gerak yang diperindah. Tari Bali punya ciri tangan sejajar bahu, tari Jawa tangan siku, Kalimantan hentakan kaki, Sumatera gerakan tangan dan kaki.
Tari Nyawiji Nagariku berdurasi 15 menit. Iringan musik instrumental dari masing-masing daerah. Tingkat kesulitannya menurut Ani karena penarinya bukan penari. Tiap harinya masing-masing sibuk dengan tugasnya. Disamping itu waktunya juga terbatas. Latihan hanya dua minggu, padahal untuk bisa memenuhi ketentuan kompetensi minimal butuh waktu latihan sampai satu bulan.
Kepala SMPN 15 Siti Arina Budiastuti MPdBI menambahkan tarian tersebut merupakan ujud kecintaan dan kerinduan pada ragam budaya Indonesia. Juga untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan dalam menghadapi pademi Covid-19. Tema HUT ke-26 adalah 'Menjaga Hayuning Wiyata' yang mengandung makna kita harus tetap berjuang sekuat tenaga, untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar, meskipun dalam suasana pandemi Covid-19. Tari kolosal agar semua anggota keluarga besar SMPN 15 ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu. (War)