seni-budaya

Klowor: Kucing dalam Canvas yang Tak Pernah Usai

Senin, 23 Desember 2019 | 06:56 WIB
Siti Halida Fitriati

"Jadi kucing itu saya gali tidak pernah habis, bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda, saya asik melihat karakternya, tingkah lakunya, kadang garang, kadang lucu, kadang manja. Selama itu masih bisa saya gali, kenapa tidak."

Namun, idenya yang tidak pernah lepas dari kucing sebagai objek lukisnya mendapat kritik dari salah satu peserta yang juga hadir dalam acara Artist Talk pameran tunggal Retrospeksi Klowor Waldiyono 1985 - 2019 (22/12/19). Klowor dianggap terjebak dalam satu objek. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pengulangan karya secara terus menerus.

Akan tetapi, bagi Klowor, kritikan semacam itu tidaklah menjadi masalah. Bahkan, direspon positif dan nantinya dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk karya kedepannya. 

"Siapapun punya statement dan saya menghargai, tapi yang terpenting bagi kita adalah kan evaluasi, bahwa saya harus lebih banyak mengekspose fenomena-fenomena lain seperti Gunung Merapi, bahkan dengan bentuk-bentuk karya yang simpel."

Melukis tidak hanya soal seni dan estetika, tapi terdapat pesan moral yang harus disampaikan, kurang lebih begitulah statement Klowor. Ia hanya ingin menyampaikan bahwa setiap orang harus mampu menghargai makhluk hidup lain. Tentu, hal tersebut tidak terlepas dari berbagai karakter hewan yang menjadi objek lukisnya, terutama karakter kucing yang identik dengannya.

"[Makna yang ingin saya siratkan dalam lukisan kucing ini adalah] pesan moral, bahwa kita sebagai manusia itu, bukan hanya kita saja, masih ada makhluk hidup lain, ada hewan dan tumbuhan, supaya kita juga bisa menghargai mereka." Seni adalah soal rasa, begitulah ungkapan Klowor. Rasa membawanya pada prinsip ikhlas dalam berkarya.

"Karena saya melakukannya tanpa beban, sehingga disiplin dalam berkarya, persoalannya kan tinggal kita niat atau nggak."

"Hidup Berkesian", itulah prinsip Klowor yang terus ditanamkan hingga kini, sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) kala itu. (Siti Halida Fitriati/ UIN Sunan Kalijaga)

Halaman:

Tags

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB