KRjogja.com - YOGYA - Perhelatan seni kontemporer tahunan ARTJOG kembali hadir menyapa masyarakat khususnya pencinta seni pada 28 Juni - 1 September 2024 di Jogja Nasional Museum (JNM), Yogyakarta.
ARTJOG 2024 tidak hanya hadir sebagai sebuah festival seni kontemporer, namun juga sebuah Perayaan yang mengajak seluruh masyarakat untuk terlibat dalam lebaran seni secara bersama-sama. Dalam perayaan ini, ARTJOG selalu berusaha menjadi ruang Pertemuan seluas-luasnya melalui kegiatan dan aktivitas seni.
Dalam sambutannya dalam pembukaan ARTJOG – Motif: Ramalan, CEO ARTJOG Heri Pemad menuturkan, “ARTJOG akan selalu mengundang seniman yang kita tantangan untuk menjadi ikon dan tema di tahun ini dan tahun – tahun cikal keberadaannya untuk menjadi karya di garda depan. Saya ucapkan terima kasih untuk mas Agus Wage dan Mbak Tita akan bangunan ini, totalitas yang luar biasa,” tuturnya.
“Sudah 17 tahun ARTJOG di gelar, kami selalu melayani bekerja bersama seniman last minute sebelum pameran dibuka. Seniman ingin menghadirkan sesuatu yang fresh, maka kami kebut satu hari sebelumnya, mohon maaf apabila ada kekurangan, kita akan memperbaiki di satu bulan kedepannya,” jelasnya lebih lanjut.
ARTJOG 2024 mengusung tema Motif: Ramalan, menampilkan karya-karya dari 48 seniman dewasa individu maupun kelompok dari dalam dan luar negeri (30 seniman undangan dan 18 seniman panggilan terbuka), serta 36 seniman anak dan remaja yang lolos seleksi.
Untuk merespon tema tersebut, tahun ini ARTJOG secara khusus mengundang Agus Suwage dan Titarubi sebagai seniman komisi dengan karya berjudul Suara Keheningan (2024).
Karya ini ditampilkan di depan gedung pamer, di dalam bangunan khusus yang di dalamnya terdapat area lobi dan lorong dengan beberapa bilik ruangan.
Agus Suwage menampilkan objek-objek telinga manusia sebagai simbol indera pendengaran yang sangat “toleran” di ruang sosial kita yang penuh kebisingan. Di sisi lain, hanya melalui indera pendengaran kita dapat menguji pengalaman ketubuhan dan mengalami keheningan.
Di ruang yang sama, Titarubi menumbuhkan berbagai jenis padi yang diiringi rekaman doa, pepatah, dan pujian dari kelompok masyarakat adat yang dapat didengarkan di beberapa ruangan, termasuk yang ada di dalam karya Agus Suwage.
Selain itu, karya ini juga menandai kerja kolaborasi mereka yang terakhir kali dilakukan di Singapore Biennale di Singapura pada tahun 2007.
Selain karya komisi, ARTJOG 2024 - Motif: Ramalan juga menampilkan karya-karya dari Jun Kitazawa Jepang), Kolektif Menyusur Eko Prawoto, kolaborasi antara Nicholas Saputra, Happy Salma, dan (alm) Gunawan Maryanto, serta On Kawara Yepang, 1932-2014).
Secara singkat, Jun Kitazawa menghadirkan kembali gumpalan besi pesawat tempur Hayabusa (yang artinya falcon atau elang) menjadi sebuah layang-layang berekor panjang yang dapat diterbangkan.
Sementara itu, Kolektif Menyusur Eko Prawoto menyuguhkan sebuah instalasi bambu berjudul Leng (2008), karya yang menandai (alm) Eko Prawoto di ranah seni rupa.
Karya ini terdiri dari susunan bambu yang berada dalam posisi ambang atau di antara, yang memadukan teknik/praktik ketukangan dan keindahan, mendekatkan kerasnya material dan ungkapan puitis, serta melahirkan kesinambungan antara kedekatan dan jarak.