KRJogja.com - BANTUL - Yayasan Biennale Yogyakarta kembali menyelenggarakan pameran Asana Bina Seni dengan tema "Golong Gilig Sawit: Gayeng Ngrumat Bumi". Pameran tersebut berlangsung dari 20-30 Agustus 2024 di Padukuhan Sawit, Panggungharjo, Sewon, Bantul.
Kegiatan tersebut menjadi bagian dari upaya mengembangkan wacana seni kontemporer yang lintas ilmu dan lintas disiplin seni.
Perwakilan Dinas Kebudayaan DIY sekaligus Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Purwiati menuturkan, Dinas Kebudayaan DIY sangat mengapresiasi penyelenggaraan pameran ini, yang idenya berasal dari visi yayasan Biennale Yogyakarta yang mempunyai kontribusi dalam bidang budaya dan seni.
"Pada edisi ini peserta tidak diminta untuk sekedar membuat karya atau tulisan untuk pameran bersama. Tahun ini mereka ditantang untuk menemukan metode presentasinya sendiri dan tidak harus berupa karya jadi namun bisa juga berupa karya on-progress", tutur Purwiati, Selasa (20/08).
Purwiati mengatakan, tema “Golong Gilig Sawit : Gayeng Ngrumat Bumi memberikan spirit inovasi seniman untuk mengeksplor karakter masyarakat desa, wawasan gender, letak geografis, sumber daya alam dan mampu melahirkan kolaborasi yang harmonis antara masyarakat dan seniman, sehingga seniman dapat mengeksplor seluas luasnya melalui lintas ilmu.
"Peran aktif masyarakat dan seniman dalam pameran ini, menjadi suatu peristiwa pencatatan seni budaya untuk bisa mempresentasikan karya- karyanya", katanya.
Para peserta program Asana Bina Seni 2024 akan meramu ide dan gagasan setelah melalui rangkaian kelas dan inkubasi yang dilaksanakan selama bulan Maret - Juli 2024, materi yang diberikan berkisar pada tema estetika serta potensi desa, pemetaan sosial, wawasan gender dan ekologi serta kesadaran inisiatif pengarsipan.
Perbedaan dari format presentasi tahun sebelumnya adalah tantangan baru untuk peserta Asana Bina Seni keluar dari ruang kubus putih dan menjadi bagian dari kehidupan di desa. Pada penyelenggaraan tahun ini, kata kunci yang ditawarkan sebagai pemantik adalah lokalitas dan sejarah yang berkaitan dengan tema besar Biennale Jogja untuk sepuluh tahun ke depan Trans-lokalitas & Trans-historisitas.
Partisipan pameran terdiri dari seniman dan penulis/kurator yang terpilih melalui panggilan terbuka serta undangan.
Selain pameran seni, ada kegiatan Tour Kuratorial, Workshop, Bazaar, Pentas Seni, Lapak Baca, Jalan Sehat, dan Screening Film. (*-1)