seni-budaya

Pentas Teater Linimasa 7, Soroti Sampah hingga Area Bermain Kurang di Jogja

Selasa, 15 Oktober 2024 | 21:00 WIB
Perwakilan penampil Linimasa saat berbicara pada media (Harminanto)



Krjogja.com - YOGYA - Parade Teater Yogyakarta Linimasa#7 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) siap digelar 16-18 Oktober 2024 menampilkan enam kelompok. Mereka akan mengeksplore pandangan terhadap suasana perkotaan dalam sebuah bingkai tema Kota, Arsip dan Teks Yang Terpinggirkan.

Elyandra Widharta, kurator Linimasa7 mengatakan proses kuratorial berjalan menarik karena ada kelompok yang pemainnya anak-anak juga mereka biasa bermain di level desa. Bagaimana Linimasa menjadi ruang pertemuan penonton dan penampil dari segala usia bisa terwujud di seei ketujuh ini.

"Teater kampung, kampus, profesional bisa bermain dalam panggung ini. Bagaimana melihat fenomena Jogja, yang dituangkan dalam panggung teater. Ada enam kelompok yang mengupas gagasan, ada yang bicara sampah, kota urban dari kacamata anak, tata kota Jogja dan beberapa hal lainnya," ungkapnya pada wartawan, Selasa (15/10/2024).

Kepala TBY, Purwiyati, mengatakan bahwa pihaknya sengaja memberikan ruang berkreasi untuk seniman lintas disiplin termasuk teater. Linimasa menjadi salah satu ruang yang diharapkan melahirkan karya apik dari seniman teater Yogyakarta.

"Momen ini kami berikan ruang sutradara muda untuk melahirkan karya yang berbeda dari yang lainnya. Kita lihat bagaimana seni teater bisa menyajikan hal yang menarik bagi audience," tandasnya.

Efa Rohmana, salah satu perwakilan teater penampil, mengaku sangat antusias bisa bermain di panggung megah TBY. Kelompoknya biasa tampil berbasis drama dengan panggung sederhana di desa.

"Ada peluang unjuk gigi keluar karena biasanya hanya main di desa-desa. Kami riset dan dapatkan fenomena sampah, yang kami angkat. Bagaimana hidup berdampingan dengan sampah, rasa cuek dengan sampah. Kami ingin penonton terngiang tentang sampah," ungkap Efa dari teater Mlati.

Yogyakarta sendiri menjadi bagian dari perubahan sosial yang cukup cepat dengan pergerakan yang begitu dinamis. Mulai muncul ancaman-ancaman dan potensi dari persoalan pelik seputar sampah, dinamika sosial-ekonomi, kontestasi politik lokal menjelang pilkada, relasi kuasa, ruang margin terdampak upaya revitalisasi benteng keraton, sesekali teror kekerasan jalanan dan sebagainya.

Yogyakarta hari ini makin bising dan macet. Sebagian ruang-ruang romantisme dalam gang-gang kampung mulai terpinggirkan, sebagian tinggal menjadi arsip yang hidup.

Inilah yang nantinya akan direspon enam penampil yakni Teater Sanggar Anak Alam, Studi Seni Ngathabagama, Teater Mlati, Kinemime Nusantara, Young Artisy From Yogyakarta dan Komunitas Manah Ati. Pementasan ini merupakan dukungan dari Dana Keistimewaan, Taman Budaya Yogyakarta dan 12th Keisitimewaan Yogyakarta gratis dan untuk umum. (Fxh)

Tags

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB