KRjogja.com - YOGYA - Di era digital kartu pos seperti halnya perangko dalam karya seni menciptakan ruang dialog lintas negara, generasi, dan budaya. Dari kartu pos tersebut kita bisa melihat perkembangan kebudayaan suatu negara, komunikasi lintas negara, dan memperluas jejaring.
"Di tengah perkembangan teknologi digital yang seakan mematikan perangko atau kartu pos, namun kita tetap menunggu edisi-edisi baru perangko atau kartu pos yang bisa kita koleksi," ungkap Menteri Kebudayaan RI Dr H Fadli Zon SS MSc dalam Kuratorial Tour Pameran Internasional "Hello There", Sabtu (30/11/2024) di Galeri Fadjar Sidik, ISI Yogyakarta.
Fadli Zon yang juga Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) ini menyebutkan kartu pos saat ini berkembang dari pembuatan yang konvensional dengan melibatkan seniman-seniman besar kini juga diolah dengan teknologi digital.
Baca Juga: Kemenko PMK, Pemberdayaan Perempuan Penting untuk Pembangunan Desa
"Saya kolektor lebih dari 7.000 dari 1890 - 1942, koleksi material bisa dilihat, disentuh/diraba berbeda dengan digital. Bahkan saat ini piringan hitam juga banyak diburu untuk koleksi pecinta musik," ungkapnya.
Sementara Rektor ISI Yogya Dr Irwandi, MSn dalam sambutannya menegaskan pameran yang mengangkat KartubPos diikuti seniman dari berbagai negara ini sebagai bentuk dukungan nyata ISI Yogya dengan perkembangan seni budaya "Dengan keberadaan 27 Prodi Seni menjadikan ISI Yogya sebagai Kampus Seni dengan program terlengkap dan mendukung pengembangan kebudayaan," tegasnya.
Baca Juga: Bersama Etawalin, Gisel Ikut Borobudur Marathon 2024
Pameran yang berlangsung hingga 4 Desember 2024 dengan kurator Satrio Hari Wicaksono menampilkan 200an Kartu Pos karya seniman dari berbagai negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Afghanistan, Grenada, Hungaria, Belanda, dan Jerman. (Vin)