Karya seni instalasi pun turut meramaikan. Salah satunya dari Jompet Kuswidananto, yang membuat instalasi gamelan dari rel kereta api bekas — simbol lintasan sejarah yang kini berbunyi lagi.
Kolaborasi juga hadir bersama Departemen Teknik Elektro dan Informatika UGM serta Gayam16, membangun narasi baru tentang teknologi, bunyi, dan warisan.
YGF ke-30 juga menjalin kerja sama dengan Simak Siar, mengundang anak-anak muda lintas genre untuk menjalin dialog dengan gamelan. Di sini, gamelan tak hanya dimainkan, tapi juga dihidupkan kembali dalam bentuk-bentuk baru.
Sebagai puncaknya, Konser Gamelan Internasional akan menjadi ajang silaturahmi global antara seniman Indonesia, Tiongkok, dan Kanada. Di atas panggung, gamelan menjadi bahasa yang tak butuh terjemahan — cukup dirasakan dan direnungkan.
Konser Maestro dan seluruh rangkaian YGF 2025 adalah pengingat kuat: bahwa gamelan bukanlah benda mati di masa lalu, tapi nyawa hidup yang terus bergetar dalam tubuh seni Indonesia hari ini.
Di tangan para maestro, gamelan menjadi jembatan lintas generasi, lintas batas, dan lintas suara. Dan kini, jembatan itu terbuka bagi siapa saja yang ingin menapakinya. (*)