seni-budaya

HPI 2025, KOPISISA Gelar Parade Puisi Parodi Demokrasi

Minggu, 27 Juli 2025 | 19:45 WIB
Pagelaran Baca Puisi Outdoor bertajuk Parade Puisi Parodi Demokrasi di Taman Wisata Heroes Park, Desa Kedungsari, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. (Hendri Utomo)

KRjogja.com - PURWOREJO - Memperingati Hari Puisi Indonesia (HPI) 2025, Kelompok Peminat Seni Sastra (KOPISISA) Kabupaten Purworejo mengadakan Pagelaran Baca Puisi Outdoor bertajuk Parade Puisi Parodi Demokrasi di Taman Wisata Heroes Park, Desa Kedungsari, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Minggu (27/7/2025).

Kegiatan ini melibatkan pegiat seni sastra senior dan junior di Kabupaten Purworejo, diantaranya Ketua KOPISISA Soekoso DM, Maskun Artha, Junaedi Setiyono, Dulrokhim, Ustadji PW, dan deretan nama nama sastrawan di Kabupaten Purworejo lainnya.

Baca Juga: Desak Anwar Ibrahim Mundur, Ribuan Warga Malaysia Gelar Aksi Unjuk Rasa Besar-besaran

Mereka membacakan puisi karya mereka sendiri yang dihimpun oleh Kopisisa menjadi buku antologi puisi.

Soekoso DM mengatakan, tujuan kegiatan kali ini untuk meningkatkan apresiasi sastra masyarakat, sejumlah tokoh-tokoh sepuh sengaja dijawil untuk bisa tampil, "Ada sekitar 20 sastrawan yang datang hari ini, mereka membacakan puisi karya mereka sendiri yang kami himpun dalam buku antologi puisi," katanya.

Dijelaskan, Peringatan HPI sendiri jatuh pada tanggal 26 Juli 2025, sebagai insan seni dan pegiat sastra kami wajib memperingatinya.

Baca Juga: Suara Tembakan dan Plot Menarik dalam Trailer Terbaru 'One Battle After Another'

"Alhamdulillah mereka datang dari lintas generasi, meskipun kegiatan ini spontan, persiapan hanya 10 hari, tapi bisa berjalan lancar baik dan mampu menyita pengunjung taman di akhir pekan," jelasnya.

Soekoso DM yang diberi kesempatan menjadi pengunci pembacaan puisi dalam kegiatan kali ini membawakan puisi berjudul Ketika Wayang Jadi Dalang, inspirasi puisi lima alinea ini memotret keresahan dalang Ki Sutarko Hadiwacono saat tampil di Ngombol dan Grabag Kabupaten Purworejo.

"Saat wayang selalu identik dengan limbukan (dangdutan), Ki Sutarko sedikit protes, tetap mementaskan wayang yang lebih pakem, dan itu mendapat sambutan lemparan lemper dari penonton yang mungkin kecewa, saya sampaikan di puisi ini," tuturnya.

Sementara kaitannya dengan parodi demokrasi, sambung Soekoso, memang sudah semacam era, dimana seolah wayang kini menjelma menjadi dalang, susah diatur, sak karepe dew (kemaunya sendiri,red), kurang lebih begitu perilaku manusia saat ini. Morak marik!

"Terkait kegiatan pembacaan karya puisi ini harapannya bisa menjadi agenda tahunan, Kopisisa juga sudah memiliki agenda rutin di dunia sastra Purworejo, bulan November dan September mendatang, ada cipta dan baca puisi, diskusi sastra, bedah buku yang bisa di kerjasama dengan perpustakaan dan banyak agenda sastra lainnya," ungkapnya.

Sementara itu, Permata Asta Fridatama, (15), warga Pangen Juru Tengah RT 02/RW 05, Purworejo mengaku senang bisa terlibat dalam perhelatan tersebut.

"Jujur saya sangat antusias, terlebih saya melihat di rundownnya ternyata saya tercatat sebagai peserta yang paling muda, saya juga awalnya hanya diajak Pak Dulrokhim di acara cipta dan baca puisi ini, dan saya sangat senang bisa berlatih lebih, mengasah kepercayaan diri dan tentunya menambah relasi," ucap Siswa SMA N 1 Purworejo ini.

Halaman:

Tags

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB