seni-budaya

Raminten’ , Awalnya Jamu dan Nasi Kucing

Rabu, 30 Juli 2025 | 14:51 WIB
Sosok Raminten adalah karakter utama yang diangkat dari tokoh ketoprak , yang pernah diperankan oleh Hamzah Sulaiman. (ISTIMEWA)


Menyebut nama Raminten di Yogya, siapa yang tak kenal. Sosok Raminten adalah karakter utama yang diangkat dari tokoh ketoprak , yang pernah diperankan oleh Hamzah Sulaiman. Karakter ini adalah wanita Jawa paruh baya dengan riasan tebal, sanggul besar (konde), kebaya, dan kacamata bulat. Semuanya diwujudkan dalam patung ikonik di depan semua restorannya.

Nama ini berasal dari bahasa Jawa "ra sepinten" yang berarti "tidak seberapa" atau "sepele,". Mencerminkan sosok yang sederhana, rendah hati, dan ingin selalu membantu serta berbuat baik. Karakter Raminten juga simbol kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, memiliki nilai kesederhanaan dan kearifan lokal yang selalu dijaga oleh Hamzah dalam kehidupan dan usahanya. Hal tersebut yang selalu dilakukan Hamzah.

Semua adalah gambaran penggagas sosok Raminten, Hamzah Sulaiman . Ia tidak hanya dikenal sebagai pengusaha sukses, tapi juga seorang seniman sekaligus pelestari budaya yang selalu berjuang menjaga tradisi budaya Yogyakarta.

Baca Juga: ATF UI 3 Taekwondo Championship 2025, Ardy dan Hendrikus Persembahkan Medali

Hamzah lahir pada 7 Januari 1950 merupakan anak bungsu dari Hendro Sutikno (Tan Kiem Tik) dan Tini Yuniati (Nyoo Tien Nio) atau pendiri Mirota Grup. Meski Hamzah Sulaiman telah meninggal dunia pada 23 April 2025 , namun warisan semangatnya dalam wujud bisnis dan pelestarian budaya akan tetap hidup dan selalu menginspirasi. The House of Raminten dan Hamzah Batik menjadi bukti nyata visinya yang menggabungkan bisnis dengan nilai-nilai budaya Yogyakarta, yang identik dengan predikat daerah Istimewa. Tepat 30 Juli 2025 hari ini, genap 100 hari wafatnya.

"Sebagai seorang pengusaha sekaligus seniman, pak Hamzah memberikan keteladanan dan inspirasi, bahwa kesuksesan bisnis tidak hanya bergantung pada ide yang bagus. Tetapi juga pada kegigihan, kreativitas, inovasi, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan zaman. Tidak hanya itu, pak Hamzah juga memanfaatkan bakat seni peran dan kecintaannya pada budaya Jawa untuk mengembangkan bisnisnya," kata Manajer Pengembangan Hamzah Batik Aji serta Bagus Setyawan,Direktur , Hamzah Batik di kantornya.

Menurut Bagus, kesuksesan bisnis seorang Hamzah Sulaiman tidak diraihkan dengan mudah. Tapi membutuhkan kerja keras dan perjuangan yang cukup panjang. Salah satu contohnya seperti yang terjadi di Hamzah Batik (dulu Mirota Batik). Seperti diketahui toko itu didirikan pada tahun 1979 dengan nama Mirota Batik. Namun, pada 2 Mei 2004, toko tersebut terbakar habis. Walaupun begitu dengan semangat pantang menyerah, Hamzah membangun kembali toko tersebut dan mengganti namanya menjadi Hamzah Batik, sampai akhirnya berkembang besar dan menjadi pusat oleh-oleh khas Yogya yang cukup kondang.

Baca Juga: ATF UI 3 Taekwondo Championship 2025, Ardy dan Hendrikus Persembahkan Medali

"Pak Hamzah itu memiliki kepedulian yang tinggi terhadap UMKM, terutama yang bergerak di bidang seni dan budaya. Hal itu terlihat dari berbagai upayanya dalam mendukung dan memfasilitasi kegiatan UMKM. Bahkan telah menciptakan tokonya sebagai wadah bagi pelaku UMKM dan seni untuk berkarya menunjukkan eksistensi mereka. Salah satunya di Hamzah Batik," jelasnya.

Waktu itu, Hamzah sangat tekun mengunjungi para UMKM sampai pelosok. Kemudian menawarkan supaya karyanya laku dijual di tokonya di Malioboro, kemudian berkembang juga di jalan Kaliurang dan beberapa tempat.

Bagus menjelaskan, selain Hamzah Batik yang ada di Kawasan Malioboro, The House of Raminten yang didirikan pada 26 Desember 2008 di Jl FM Noto No 7 Kotabaru, adalah bukti nyata dari kesuksesan sosok Hamzah Sulaiman.

Baca Juga: Antisipasi Karhutla, BPBD Sukoharjo Rajin Patroli Perbukitan Kering

Karakter Raminten yang androgini juga menjadi simbol keterbukaan dan inklusivitas, jauh sebelum isu keberagaman menjadi perhatian luas. Hamzah merangkul perbedaan dan memberikan wadah bagi berbagai kalangan, termasuk kaum minoritas.

Berawal dari Jamu dan Nasi Kucing

"Saat awal berdiri The House of Raminten hanya berjualan aneka jamu sangat sederhana. Mulai dari jamu beras kencur, kunir asem, jamu kolesterol, asam urat, dan berbagai jamu lainnya. Selain jamu juga menjual nasi kucing dengan harga Rp 1000. Rupanya dengan menjual nasi kucing itu pelanggan mulai berdatangan sampai rela mengantri. Bahkan sampai sekarang nasi kucing ini menjadi ikon di The House of Raminten," papar Bagus.

Halaman:

Tags

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB